TENGAH asyik menikmati kopi aren di Kedai “Kopi Bakayu” Jl. Thamrin Kel. Suka Mulya Kecamatan Sail Pekanbaru itu tiba-tiba datang Epi Martison. Dengan baju kaus hitam dan topi gaya cow boy “fedora” sang komposer yang akrab dipanggil EM tersebut bergabung dengan Jang Itam, Arman, dan Nuzul.
“Kalau Bang Komposer sudah bergabung segala minuman serba aren di sini yang pahit terasa manis,” ujar Jang Itam memulai carito maota lomak.
Mereka sama-sama menikmati segala minuman serba aren di kedai kopi milik Oktaviyanus asal Koto Lubuk Jambi, Kecamatan Kuantan Mudik tersebut.
Segala hal mereka bicarakan mulai dari makanan “serba alam” di Kedai Sarinam. Soal darah yang kehabisan stok di kantor PMI sampai situasi Kuantan Singingi terkini pasca keluarnya surat terbuka untuk Sekda DEDY SAMBUDI yang ditulis “orang bodoh” MUSTARI USMAN.
“Meski makin kusut dan APBD pun kecil, tapi Kuantan Singingi tetap “sexy” dan menarik sehingga banyak yang mengincar. Malah ada pihak yang mengajak gabung masuk provinsi baru, Adinda EM,” sela Arman.
EM mengatakan, ini baru cerita nan sebenar cerita. Kuantan Singingi memang sangat sexy. Banyak orang mau jual kecap manis kini di Kuantan Singingi.
“Kurikiiii… kurikiiii… kurikiiii….”ujar EM dengan gaya khasnya yang selalu bercanda tapi menyindir tersebut.
Tak ketinggalan tentunya soal kesenian yang selama ini digeluti sang komposer handal kelahiran Telukkuantan tersebut ikut mereka bicarakan.
“Koq yang perlu orang-orang kreatif di negeri awak kenapa tidak didirikan sekolah atau perguruan tinggi seni budaya di Kuantan Singingi?” ujar EM.
“Kenapa anggaran Dewan Kesenian hanya asal saja? Sekedar basi basi doang. Anggaran 200 juta pertahun. Untuk mangilekkan calempong dan mangganti kulit gendang sudah habis…. Sungguh terlaluuuu……..terlalu!” sindir EM.
Maota lomak itu terasa cair dengan candaan Jang Itam dan EM yang saling meningkah. Jang Itam yang selama ini terkenal dengan keluguan, lucu, dan panjang akal beradu acting dengan EM yang suka bercanda.
Penikmat kopi Aren di meja lain juga ikut bergabung dengan mereka.
“Ini baru cerita dan mengingatkan kembali sinetron Si Doel Anak Sekolah yang dibintangi Babe Sabeni, Mak Nyak, Mas Karyo, Mandra, Sarah, Munaroh, Atun, Zainab. Tentu saja Doel alias Rano Karno pemeran utama selaku penulis naskah dan sutradara di cerita tersebut,” ujar Oktaviyanus pemilik Kedai Kopi Bakayu asal Koto Lubuk Jambi tersebut.
Menurut Okta cerita bersambung “Mimpi Datuk Obik itu antara fiksi dan fakta.“ Saya mengikuti terus cerita bersambung itu. Nama Tuk Obik itu familiar di kampung kami, Lubuk Jambi, Kuantan Mudik. Dan, DO Green Organik itu memang ada di Kebun Nopi,”ujar pria yang akrab disapa Okta itu.
“Siapa yang mau jual “kecap manis” di kampung kita (kuantan Singingi), Bang EM,” tanya Jang Itam pura-pura tidak tahu.
Yang ditanya EM, yang menjawab malah Arman: Kata penyanyi Ebiet G Ade silah tanyakan ke rumput yang bergoyang.
“Kenapa pula tanya Ebiet G Ade,” tanya Jang Itam. Belum sempat Arman menjawab, tiba-tiba saja EM menyanyikan potongan Lagu BERITA KEPADA KAWAN yang diciptakan sekaligus dinyanyikan Ebiet G Ade tersebut. Kendati suaranya fals namun karena diiringi oleh pengamen yang lagi ngamen di kedai Bakayu, suara fals EM kelihatan bagus. Persis mirip suara penyanyi aslinya.
Perjalanan ini
Trasa sangat
menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Di sampingku kawan
……
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang BERGOYANG
——-
SUASANA semakin seru ketika Surya Edy yang akrab disapa “Sured” dari Tanjungpinang ikut gabung.
Sured asal Taratak Air Hitam, Kecamatan Benai ini memang terkenal jago nyanyi dan menyukai lagu-lagu melankolis ciptaan Ebiet G Ade, Broery Marantika, dan Iwan Fals.
Kolaborasi antara Jang Itam dari Pelalawan, Arman dari Pekanbaru, EM dari Jakarta, dan Nuzul dari Pekanbaru enak didengar dan menyesakkan dada.
Tengah asyik bernyanyi, mondek-mondek Kuantan Singingi yang baru pulang arisan dari kediaman Ketua Umum Rahmita Budiartiningsih, S.E., M. Hum di Jl. Pattimura, Gobah ikut pula gabung.
Mereka datang rombongan. Terlihat Elda Nazriati, Helda Yurismi, Evi Suryawati, Maryenik, Lis Darti Roza, Eka Lutfi, Elly, Iren, Ida, Devi, Uci, Sri, Lastri, Reni, Tin, Imel, dan Septunis.
Mereka ikut nyanyi dengan Sured yang mereka juluki “Broery Marantika”dari Kuantan Singingi. Meluncurlah lagu-lagu Broery lainnya seperti “Tembang Kenangan, Aku Begini Kau Begitu, Bukan Salahmu Bukan Salahku dan lainnya”
Sured yang akan pulang ke kampung mengakhiri lagu “Kemesraan” Iwan Fals.
Suatu hari
Dikala kita duduk ditepi pantai
Dan memandang ombak dilautan yang kian menepi
Burung camar terbang
Bermain diderunya air
Suara alam ini
Hangatkan jiwa kita
………
Kemesraan ini
Janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini
Inginku kenang selalu
Hatiku damai
Jiwaku tentram di samping mu
Hatiku damai
Jiwa ku tentram
Bersamamu
***
KETIKA asyik nyanyi lagu tembang lawas yang diiringi pengamen bersuara mirif penyanyi Iwan Fals tersebut, tiba-tiba Jang Itam buka group Forum IKKS/IWAKUSI INDONESIA :
“Gawat ni, Bang Arman,” ujar Jang Itam,
“Gawat…. gawat…… gawat apanya, Jang?” tanya Arman penasaran.
“Sambo keluar, Bang,”* tambah Jang Itam tersenyum.
Arman selaku admin group tentu merasa heran. Selama ini ia tak pernah memasukkan *Sambo* bergabung dalam group. Tiba-tiba Jang Itam bilang *Sambo* keluar dari group.
“Aneh bin ajaib. Orang yang tak masuk dalam group malah keluar, bagainana ceritanya, Jang?” ujar Arman sembari tersenyum.
Mereka sama-sama membuka whatsapp group, ternyata yang mengeluarkan Dr. Trian Zulhadi dosen UIN Susqa, Pekanbaru asal Inuman.
“Pak dosen ……oh pak dosen. Gara-gara postinganmu group jadi heboh,” kata Jang Itam tertawa.
****
MONDEK – mondek Kuantan Singingi dan Sured pulang, tiba-tiba Arman menawarkan kepada mereka.
“Bungkus…. Bungus…. bungkus saja yang ada di kedai ini. Soal bayaran semua free. Ada Jang Itam ni, ia baru panen sawit di Pelalawan.”
Helda Yurismi rekan seperjuangan Jang Itam waktu mahasiswa dan ikut berjuang dalam pemekaran Kuantan Singingi mengatakan: “Asiap…….siap……. Terima kasih, Jang!
Jang Itam tersenyum melihat Helda masih cantik diusianya yang sudah memasuki kepala lima. Helda dulu adalah bintang dari segala bintang waktu perjuangan. Sekarang Helda masih menjadi bintang di antara mondek-mondek Kuantan Singingi di Pekanbaru.
Setelah mereka pulang, tiba-tiba saja Raja Soeli dari Rengat singgah di kedai Kopi Berkayu. Ia sudah janjian dengan Tuk Rasiman untuk memberikan batu cicin jagung dan kecubung yang dipesan Tuk Rasiman melalui Arman.
Tentu saja suasana jadi heboh. EM dan Jang Itam yang belum kebagian minta batu cicin Raja Soeli yang katanya bisa menangkal petir dan menaklukan janda tersebut.
“Pak Raja, mana batu untuk kami,” tanya Jang Itam dan EM secara bergantian.
Mendapat pertanyaan seperti itu Raja Soeli yang tak pernah kehabisan akak dan lihai ini menjawab: Jang Itam….. untuk awak sudah saya titip di kedai serba alam Sarinam Lubuk Jambi, Jang. Untuk Bang EM, batunya spesial ni. Sabar ya, Bang EM. Nanti saya berikan bersamaan kunjungan keluarga si Doel ke Pekanbaru,” Elak Raja Soeli asal Simandolak, Kecamatan Benai ini tersenyum.
Semuanya tertawa. Raja Soeli dilawan.! Hahaha.
“Te sembur aren ciek (satu). Haus ni…. Jauh perjalanan ni, Bang Arman,” ujar Raja Soeli sambil mengelap keringatnya.
Suasana makin ramai karena pengurus IKKS dari Pelalawan, Inhu, Pekanbaru, dan Jakarta sudah bersatu.
Di sinilah letaknya kebersamaan itu: INDAH dan MENAWAN.
Warga Kuantan Singingi di manapun berada selalu mengedepankan kebersamaan daripada ego. Pribadi dan kelompoknya. Di manapun mereka berada diterima karena mereka selalu menjaga *adab dan adat* masyarakat setempat.
“Ingat kawan-kawan pesan Tuk Rasiman: Selalulah tanam pohon…..!
Mereka berjanji ngopi cantik esok harinya.!
Ngopi lagi…..
Bersambung…..