Pulo Lasman Simanjuntak
Korupsi merajalela di bumi maya, tetapi aku melihat di dunia nyata “Indonesia raya” meratap di tembok penjara membongkar kepelesiran dengan busana kematian.
Dari benua nusantara terpecah belah, kulihat sang nyonya memakai tas merek hermes seharga enam ratus juta rupiah, sedangkan tuanku berseliweran di jalan raya dengan mobil terbang seharga seratus miliar rupiah.
Sementara aku hanya membawa tas laptop, sungguh memalukan, sudah terjual menyebalkan, di toko kelontong pinggir jalan untuk membeli sekarung beras dan makanan vegetarian.
Mobilku sendiri bermesin diesel tua, kadangkala cemas berseliweran di jalan tol dalam kota yang aspalnya berlobang terkikis korupsi berlapis kue pukis.
Korupsi di bumi maya, tetapi aku melihat di dunia nyata, tadi malam kembali menyaksikan sang nyonya berwajah permaisuri Atalya berpose di kabin pesawat jet mewah.
Persis ketika aku wawancara ratu “Imelda Marcos” sedang memamerkan ribuan sepatu sinterklas terbuat dari lapisan emas tak berkarat dimakan ngengat.
Korupsi di bumi maya, tetapi aku melihat di dunia nyata, tuanku makin rakus menelan arloji berhala, sungguh korupsinya makin menggila.
Dimakan lahap empat puluh enam rekening senilai lima ratus lima puluh miliar rupiah yang tersumbat di saluran air kotor berbau paling busuk, bahkan ditemukan lagi tiga puluh tujuh miliar rupiah disembunyikan malu-malu dalam safe depisot box bank milik negara tanpa mengenakan kacamata berlian merah.
Korupsi di bumi Maya, tetapi aku melihat di dunia nyata pesta pora sodom gomora suap menyuap, sogok menyogok menari-nari satu irama jelang penutupan sejarah dunia.
Puisi By; Pulo Lasman Simanjuntak