class="post-template-default single single-post postid-3132 single-format-standard custom-background wp-custom-logo wp-embed-responsive idtheme kentooz">

More results...

Generic selectors
Cari yang sama persis
Cari berdasarkan judul
Cari berdasarkan konten
Post Type Selectors
Filter by Categories
Aceh
Advetorial
BALI
Bangka Belitung
Berita Banten
Berita Bengkulu
Berita Kriminal
Berita Kuansing
Catatan Muslim
Cerita Bersambung Mimpi Datuk Obik
Cerita Datuk Obik
Daerah
Daerah Istimewa Yogyakarta
Dumai
Edukasi
Hiburan
Humor
Inhil
Internasional
Investigasi
Jakarta
Jambi
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Jogjakarta
Kalimantan Selatan
Kampar
Kepulauan Riau
Kesehatan
Lampung
Maluku
Maluku Utara
Motivasi dan Inspirasi
Narasi dan Opini
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Organisasi
Papua
Peduli Kasih
Pelalawan
Pemerintahan
Peristiwa
Politik
Riau
Rohil
Sejarah
Siak
Sosial dan Budaya
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Sumatera barat
Sumatra Selatan
Sumatra Utara
Teknologi
Tips dan Trik
Video

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM AGAMA

Foto catatan dibulan Ramadhan
Bagikan ini :

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM AGAMA.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ اْلأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah Saw: “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?. Maka beliau bersabda: “Al-hanafiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran);” (HR Bukhari).

Sejak jaman dulu pembahasan mengenai rukun-tidaknya sebuah kehidupan berbagai umat manusia di muka bumi ini, seolah adalah hal yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun seiring berjalannya waktu hingga sekarang semakin banyak kita jumpai tentang keterlibatan baik antar pribadi hingga antar kelompok kerap melakukan aduh argumen dan mengklaim diri masing-masing bahwa merekalah yang toleran dan yang lainnya menurutnya mereka adalah golongan yang intoleran.

Padahal kalau kita mau kembali mencermati dari kajian bunyi hadist tersebut diatas, itu sudah cukup jelas bahwasanya ada sebuah pertanyaan terkait agama yang paling di cintai oleh Allah SWT dan dengan tegas Rasulullah Saw menjawabnya bahwa ialah “Al-hanafiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran);”

Tanpa melebihkan dan mengurangi makna dari maksud hadits tersebut tentunya kita semua mampu berpikir secara akal sehat kita, dan itu sekalipun setara usia anak SD pasti paham akan kandungan hadist ini bahwa nyata tanpa menyebutkan atau mengecualikan sebuah nama agama di dalamnya melainkan “yang lurus lagi toleran”.

Adapun bagaimana makna terdalam dari hadist tersebut. Itu tergantung dan kembali ke masing-masing diri kita yang tentunya cara memahaminya adalah kembali berdasarkan dari mana kita mengambil sudut pandang keilmuan yang sebelumnya telah kita miliki dan pahami. Dari sini pula lahirlah dengan sebuah keyakinan yang sifatnya sangat mengikat jiwa kita dan kadangkala atau bahkan tidak mau lagi melakukan atau mengambil pelajaran baru dari hal yang lain, sekalipun mungkin itu adalah suatu kebenaran diatas kebenaran.

Maka disinilah mestinya kita harus senantiasa sadar diri akan makna sebuah kehidupan dunia. Dimana kadang banyak hal-hal diluar daripada ini sifatnya masih serba relatif, kecuali bagi mereka yang betul-betul telah mendapat hidayah Tuhannya secara hak.

Kembali ke soal toleransi maka sebaiknya perlu selalu di prioritaskan antar sesama manusia sebagai mahluk sosial maupun antara sesama umat beragama lainnya. Karena bagaimanapun secara hati nurani semua kita manusia tidak ada yang menginginkan suatu kekacauan justru mereka senantiasa berharap kedamaian hidup yang rukun sejahtera dunia dan akhirat.

Dan seharusnya jangan pernah kita mengambil suatu penggalan-penggalan isi kitab suci untuk dijadikan bahan kritikan maupun bantahan bahkan serangan terhadap sebuah obyek yang kita anggap tak mau dan tidak pernah sejalan baik secara pendapat sosial maupun secara akidah.
Melainkan semestinya kita hanya selalu mencari landasan dari sebuah perintah yang telah dianjurkan oleh Allah SWT terkait soal toleransi ini.

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)

Artinya: “Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (QS Al-Kafirun : 1-6).

Betapa adil dan tentramnya kehidupan umat manusia diantara kita jika semuanya rela kita aplikasikan isi dari pada ayat ini. Namun memang sedikit butuh kesabaran yang dimulai dari kesadaran diri per individu, selanjutnya perkelompok agar apa yang hendak kita capai dapat di kita raih sebagai buah dari hasil perjuangan seluruh umat manusia yang senantiasa mengharapkan kebaikan yakni kebahagiaan dunia dan keselamatan akhirat.

Demikian apa yang bisa kami sampaikan, lebih dan kurangnya mohon maaf karena disini saya pribadi tidak bermaksud memberi pengajaran kepada para pembaca karena saya yakin bahwa justru saudara-saudaralah yang lebih pantas untuk mengedukasi saya dari segi ilmu agama, melainkan kami hanya sekedar berbagi apa yang sempat terlintas dalam pikiran ini. Namun selebihnya terkait ayat-ayat dan hadits yang kami sampaikan tersebut diatas maka justru, mari kita sepakat terutama sesama umat yang beragama Islam bahwa itu adalah ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadist yang shahih. Dan tentunya hal tersebut mutlak yang perlu kita imani sebagai syarat keimanan kita selaku umat Islam.

Akhirul Kalam wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh.

Penulis: Murdan

Bagikan ini :