SOE, INVESTIGASI86.COM – Aliansi Gerakan Perubahan (AGP) melayangkan kritik tajam terhadap Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) di bawah kepemimpinan Bupati Egusem P. Lioe (Buce Lioe) dan Wakil Bupati Army Konay. Kritik tersebut disampaikan langsung oleh Koordinator Umum AGP, Nikodemus Manao, melalui sambungan telepon kepada media pada Jumat (5/9/2025).
Menurut Niko, Pemda TTS selama ini hanya sibuk mengurus kegiatan seremonial dan pesta hiburan yang dipublikasikan melalui media sosial, sementara rakyat yang menjadi korban bencana dibiarkan menderita.
“Pemda TTS hanya urus seremoni, joget-joget, dan pesta yang dipamerkan di TikTok dan Facebook. Rakyat yang jadi korban longsor di Kuatae, Kecamatan Kota Soe, dan Oeleu, Kecamatan Toianas, justru tidak mendapat perhatian. Ini tontonan yang membunuh sisi kemanusiaan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Niko menilai alasan pemerintah daerah yang menyebut tidak memiliki anggaran untuk penanganan bencana merupakan dalih yang tidak masuk akal.
“Kalau benar tidak ada anggaran, kenapa kegiatan besar bisa berjalan lancar dengan dana besar? Kalau untuk pesta bisa, kenapa untuk rakyat yang jadi korban bencana tidak bisa? Ini alasan yang sangat memalukan,” ujarnya.
Niko mengingatkan bahwa musim hujan diperkirakan mulai turun pada November mendatang. Warga korban longsor yang terpaksa kembali menempati rumah mereka yang rusak terancam menghadapi risiko lebih besar.
“Ketika hujan turun, nasib mereka bagaimana? Sampai sekarang pemerintah diam. Itu tanda bahwa pemerintah tidak mampu, bahkan sangat tidak mampu,” katanya.
Tak hanya Kuatae, Niko juga menyoroti kondisi 40 kepala keluarga (KK) korban longsor di Desa Oeleu, Kecamatan Toianas, yang hingga kini belum ditangani secara serius oleh Pemda TTS.
“Ini bukti nyata pembiaran. Pemerintah tidak sanggup menangani persoalan rakyatnya. Bagaimana bisa disebut pemimpin kalau rakyat dibiarkan begitu saja?” ungkapnya.
Atas kondisi tersebut, AGP akan melancarkan aksi demonstrasi di tingkat provinsi. Niko memastikan pihaknya akan menggelar aksi di Kupang pada 24 September 2025 sebagai bentuk teguran keras terhadap Pemda TTS.
“Setelah demo di provinsi, saya akan pulang dan memobilisasi massa di Soe. Jika sampai awal Oktober tidak ada solusi untuk korban longsor di Kuatae maupun Oeleu, maka aksi besar-besaran akan digelar di TTS,” tandas Niko.
Kritik AGP ini menambah panjang daftar sorotan terhadap kepemimpinan Buce Lioe dan Army Konay. Di mata AGP, Pemda TTS gagal menunjukkan keberpihakan kepada rakyat, justru lebih sibuk mempertontonkan pesta dan seremoni di tengah penderitaan masyarakat.
AGP mendesak Pemda segera mengambil langkah nyata sebelum musim hujan tiba, agar korban bencana tidak semakin terpuruk.