Sosio – Kultural didefinisikan sebagai gagasan-gagasan, kebiasaan, keterampilan, seni dan alat yang memberi diri pada sekelompok orang tertentu pada waktu tertentu.
Sosio Kultural adalah sebuah sistem dari pola-pola terpadu yang mengatur perilaku manusia (Condon 1973 : 4)
Penguasa merupakan istilah lain dari pemimpin, pejabat dan penyelenggara pemerintahan yang memiliki kewenangan dalam memaksa seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu.
Penguasa juga merupakan bagian dari Tauladan oleh rakyatnya dalam berkehidupan, menentukan sikap bahkan juga representatif keberpihakan.
Maka peran penguasa menjadi amat penting dalam menjaga stabilitas kehidupan bersama dalam entitas tertentu.
Mengutip teori montesquieu yang menyatakan bahwa kekuasaan negara dibagi menjadi tiga yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif amat sangat jelas sebagai pembagian dari kerja kekuasaan atau dengan istilah lain dikelompokkan dengan nama Trias Politica.
Adanya pembagian kekuasaan ini diharapkan keberfungsian dari setiap lembaga kekuasaan ini bisa lebih fokus terhadap gawaiannya dan bekerja secara optimal sesuai dengan peran fungsi masing-masing.
Indonesia sendiri sebagai negara yang menganut pembagian trias politica ini telah menjalankan proses bernegara nya dengan benar.
Sosio kultural yang memahami bahwa kebiasaan kebiasaan yang terjadi bukan hanya pada rakyat namun juga terjadi pada penguasa harus menjadi atensi bersama dalam menjaga sosial budaya di lingkaran kekuasaan menjadi baik.
Tentu sebagai masyarakat sipil yang baik harus terus mengingatkan kepada penguasa agar menjaga sosial budaya kita semakin autentik, seperti apa kekuasaan yang autentik yaitu kekuasaan yang mementingkan hasil bukan sekedar ego dan kepentingan kekuasaan yang bersifat pribadi, kelompok dan kolega lain lain.
Itu semua harus dijaga sebab persatuan di suatu negara dapat berjalan baik apabila terjadi keadilan dan kesempatan yang sama atas kesetaraan bagi setiap individu di negara tersebut.
Penguasa yang didambakan kehadirannya, penguasa yang memikirkan kehidupan bernegara yang adil bagi semua, penguasa yang setiap jengkal perjalanannya tidak lepas dalam memikirkan bagaimana warganya itu semua adalah penguasa yang amat didambakan.
Sesederhana itu kemudian untuk membangun sosial budaya bagi penguasa, walau sederhana namun itu tidak mudah, yang menjadi catatan kritis bahwa penguasa diharapkan mampu berpihak kepada semua elemen masyarakat.
Tidak menggunakan cara-cara diluar dari koridor, tidak memaksakan kehendak untuk mencapai keinginan pribadi dsb, dan penguasa yang sudah berfikir untuk kepentingan pribadi golongan dll sangat amat jauh dari sosio kultural yang bernilai, yang selalu menjaga otentisitas luhur budi pekerti dsbnya.
Penulis : Taufik Prima, SH. Mahasiswa FISIP UMSU