class="post-template-default single single-post postid-3989 single-format-standard custom-background wp-custom-logo wp-embed-responsive idtheme kentooz">

More results...

Generic selectors
Cari yang sama persis
Cari berdasarkan judul
Cari berdasarkan konten
Post Type Selectors
Filter by Categories
Aceh
Advetorial
BALI
Bangka Belitung
Berita Banten
Berita Bengkulu
Berita Kriminal
Berita Kuansing
Catatan Muslim
Cerita Bersambung Mimpi Datuk Obik
Cerita Datuk Obik
Daerah
Daerah Istimewa Yogyakarta
Dumai
Edukasi
Hiburan
Humor
Inhil
Internasional
Investigasi
Jakarta
Jambi
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Jogjakarta
Kalimantan Selatan
Kampar
Kepulauan Riau
Kesehatan
Lampung
Maluku
Maluku Utara
Motivasi dan Inspirasi
Narasi dan Opini
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Organisasi
Papua
Peduli Kasih
Pelalawan
Pemerintahan
Peristiwa
Politik
Riau
Rohil
Sejarah
Siak
Sosial dan Budaya
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Sumatera barat
Sumatra Selatan
Sumatra Utara
Teknologi
Tips dan Trik
Video

Ditemukan Efek Samping Berbahaya, BPOM AS Batasi Vaksin J&J

Amerika menjumpai efek samping yang berbahaya pada vaksin Johnson and jhonson
Bagikan ini :

New York – Amerika Serikat – Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) membatasi penggunaan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson untuk kelompok usia 18 tahun ke atas. Hal ini dilakukan karena adanya temuan efek samping vaksin berupa kasus pembekuan darah langka.

Dikutip dari laman AP News, Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA Dr Peter Marks mengatakan badan tersebut memutuskan untuk membatasi vaksin setelah melihat kembali data tentang risiko pembekuan darah yang mengancam jiwa dan menyimpulkan bahwa kasus ini terbatas pada vaksin Johnson and Johnson.

Dr Peter mengatakan kasus ini terjadi pada dua minggu pertama setelah vaksinasi.

Pada pertengahan Maret, ilmuwan FDA mengidentifikasi 60 kasus efek samping, termasuk sembilan yang berakibat fatal atau sekitar 3,23 kasus pembekuan darah per 1 juta suntikan J&J. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita yang berumur di bawah 50 tahun, di mana tingkat kematian kira-kira 1 per juta suntikan.

Di bawah instruksi FDA yang baru, vaksin johnson and johnson masih dapat diberikan kepada orang-orang yang memiliki reaksi alergi parah terhadap vaksin lain dan tidak dapat menerima dosis tambahan.

Vaksin johnson and johnson juga bisa menjadi pilihan bagi orang yang menolak menerima vaksin mRna dari Pfizer dan moderna, dan oleh karena itu akan tetap tidak divaksinasi, kata badan tersebut.

Lawjustice

Bagikan ini :