Oleh: Nanny Masniati
“Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh hampir saja dia menyatakannya (rahasia tentang Musa), seandainya tidak kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah)”. (QS. Al-Qasas:28:10)
Hati menjadi kosong…, seperti itulah perasaan setiap ibu saat kehilangan putra tersayangnya. Demikian pula dengan seorang Ayah, meski tidak menunjukkan airmatanya namun tangis yang pecah dalam diam sanggup menggetarkan hati siapapun!
Sungguh kematian adalah rahasia sang pemilik waktu. Dimana pun kita berada, dia akan datang walau kita berada di dalam benteng yang kokoh sekalipun. Tidak ada yang dapat menundanya sedikitpun jika waktunya tiba.
Anak adalah anugerah sekaligus titipan yang diamanahkan kepada kita. Sewaktu-waktu pemilik yang sebenarnya akan datang menjemputnya dengan caranya sendiri. Jika saat itu tiba…tidak ada yang bisa kita lakukan selain berserah diri sepenuh hati dan yakin bahwa apapun yang terjadi adalah qadarullah.
Sebagai orang beriman kita harus meyakini bahwa anak hanyalah titipan. Bila saatnya pergi, hanya keikhlasan dan doa terbaik yang dapat diungkapkan. Hal ini sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw., Saat meninggalnya Ibrahim, putra beliau. Hal itu tercatat dalam shahih Muslim melalui periwayatan Zuhayr bin Harb.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun meninggalkan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita).” (HR Abu Dawud)
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya seseorang akan diangkat derajatnya di surga, maka ia berkata,”Dari manakah balasan ini?” Dikatakan,” Dari sebab istighfar anakmu kepadamu. (HR Ibnu Majah)
Hudzaifah berkata,”Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
Fitnah seseorang dari keluarganya, hartanya, anaknya, dirinya dan tetangganya ditebus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar ma’ruf nahi munkar. [HR Al Bukhari dan Muslim]
Aisyah berkata: “Ada seorang wanita yang datang menemuiku dengan membawa 2 anak perempuannya. Dia meminta-minta kepadaku, namun aku tidak mempunyai apapun kecuali satu buah kurma. Kemudian aku berikan sebuah kurma tersebut padanya. Wanita tersebut menerima kurmanya dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua anaknya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya.
Lalu wanita itu bangkit dan keluar bersama anaknya. Setelah itu Nabi shalallahualaihi wasallam datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau, maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudia dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka (H.R Muslim)
Abu Hurairah berkata: “Nabi shallallahualaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata, “Aku memiliki 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium” Maka Rasulullah shallallahualaihi wasallam pun melihat kepada Al-Aqro lalu nabi berkata, “siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan dirahmati” (HR Al-Bukhari dan Muslim)