Jakarta|Investigasi86.com
Din Minimi, orang yang paling dicari pada tahun 2010-an di Aceh, mau keluar dari persembunyiannya setelah bertemu dengan Letnan Jenderal (Purn) TNI Sutiyoso pada tahun 2015. Din Minimi yang bernama asli Nurdin Bin Ismail Amat ini sebenarnya sempat menjalani hidup sebagai warga biasa usai Perjanjian Helsinki tahun 2005. Dia bahkan sempat bekerja sebagai operator alat berat di dua perusahaan berbeda di Aceh.{11/09/2024}
Usai pemilihan Gubernur pertama Aceh tahun 2012, Din menghilang. Padahal dia ikut terlibat dalam proses tersebut. Setahun berselang, Din dikabarkan memimpin kelompok kriminal yang melakukan perampokan dan penculikan. Disebutkan, Din melakukan hal itu karena kecewa kehidupan eks anggota GAM malah melarat usai GAM dibubarkan.
Pendukungnya menyebut, Dinminimi membagi-bagikan hasil perampokannya itu untuk orang-orang miskin meski tak sedikit juga yang mengatakan Din hanya membagikan ke kelompoknya saja,
Cerita Sutiyoso Saat Berkomunikasi Intens Selama Sebulan dengan Din Minimi Pada Maret 2015, Din dicari aparat karena dianggap bertanggung jawab atas tewasnya 2 anggota TNI Kodim Aceh Utara. TNI/Polri berusaha menangkapnya, tapi selalu gagal.
Tak jeran jika Din disebut-sebut sebagai sosok yang paling dicari di Aceh. Aparat melakukan berbagai upaya agar Din keluar dari persembunyiannya, termasuk menawarkan keringanan hukum.
Setelah membujuk hampir dua bulan, baru pada Senin (28/12) sore kemarin Din Minimi mau bertemu dengan Sutiyoso. Rombongan kepala BIN ini harus berjalan sekitar empat jam ke pedalaman Aceh Timur untuk mencapai tempat pertemuan.
“Saya bicara panjang lebar dengan Din Minimi dan kemudian dilanjutkan dengan pertemuan di rumah orangtua Din Minimi,” jelas Sutiyoso.
Pertemuan tadi malam itu, jelas Sutiyoso, juga menjadi momen lepas kangen Din Minimi dengan keluarganya. Di sana, mereka saling menangis karena sudah lama tidak bertemu.
Pertemuan untuk membujuk Din Minimi berlangsung lama. Bahkan, Sutiyoso sempat bermalam di rumah Din Minimi di Desa Ladang Baro Kecamatan Julok, Aceh Timur. Menurutnya, selama di rumah itu terus dilakukan pembahasan agar Din Minimi beserta anak buahnya segera turun gunung.
“Baru pagi tadi mereka semua mau turun gunung,” jelasnya.
Bagi Sutiyoso, kelompok bersenjata pimpinan Din Minimi ini bukan memberontak untuk memisahkan diri dari Indonesia. Mereka juga tidak merampok. Sutiyoso menilai, Din Minimi memberontak karena kecewa dengan pemerintah Aceh di bawah pimpinan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf.
Namun, Din tetap menolaknya. Sampai akhirnya Sutiyoso menemui dia. Desember 2015, Kepala Badan Intelijen (BIN) Sutiyoso berhasil menemui Din Minimi di persembunyiannya. Din mengajukan 6 syarat sebelum menyerahkan diri dan melepaskan senjatanya. Salah satunya adalah meminta amnesti.
Kepada Sutiyoso, Din Minimi menyampaikan sejumlah permintaan di antaranya, reintegrasi GAM, pemerintah memperhatikan yatim piatu, memperhatikan para inong balee (janda GAM) agar mereka sejahtera. Selain itu, permintaan lain adalah agar KPK turun ke Aceh dan saat Pilkada 2017 mendatang, ada tim independen yang menjadi pengawas di Aceh.
Kelompok Bersenjata Pimpinan Din Minimi Menyerah, BIN Lapor Jokowi Sutiyoso menyanggupi permintaan tersebut. Penyerahan diri Din Minimi pada 29 Desember 2015 itu juga disertai dengan pelepasan senjata milik anggotanya. Tanpa kekerasan, tanpa senjata, dan tanpa pengerahan pasukan, Sutiyoso berhasil membuat Din Minimi menyerahkan diri.
Sutiyoso mengaku dia ingin melakukan dengan pendekatan yang berbeda. Saat menemui Din Minimi pun, Sutiyoso hanya ditemani 2 orang pengawal dan hanya membawa 1 senjata kecil. Sesuatu yang mustahil untuk membuat tunduk “the most wanted person”, tapi ternyata Sutiyoso mampu dengan tangan kosong dan tanpa backing-an pasukan.
Berita ini di Kutip dari Tim Redaksi “KOMPAS.Com” & “Detik.Com”
Jono. Ms