SOE, INVESTIGASI86.COM – Ratusan juta dana desa (Dandes) digelontorkan, tiga unit sumur bor dibangun di Desa Eno Nabuasa, Kecamatan Noebeba, Kabupaten TTS. Harapannya jelas: warga terbebas dari krisis air bersih. Faktanya, yang tersisa hari ini hanyalah bak kosong, mesin bor mangkrak, dan semak belukar menutupi lokasi proyek.
Ironis. Proyek yang dikerjakan sejak 2023 itu justru berakhir jadi monumen ketidakjelasan. Warga hanya bisa mengelus dada—mereka ikut membantu menarik pipa, ikut membangun bak penampung, tapi hingga kini setetes air pun tak mengalir.
“Dong sonde kerja lai dari bulan Desember lalu… Padahal ini air untuk kami. Tapi sampai sekarang kosong,” keluh seorang warga, Jumat (15/8/2025).
Dari tiga titik sumur bor, satu bahkan tidak dituntaskan. Mesin bor dibiarkan nongkrong, tanpa kepastian kapan kembali dipakai. Parahnya, sejak awal tak ada papan proyek, tak ada transparansi, tak ada angka pasti berapa uang rakyat yang sudah dihabiskan.
Kepala Desa Eno Nabuasa, Ebenhaizer Timo, tak menampik pekerjaan belum tuntas. Ia berdalih ada perjanjian tiga tahun dengan pihak ketiga, termasuk perawatan lokasi.
“Kita sudah buat bak, nha bagaimana bak penampung sudah ada air sonde ada,” kilah Ebenhaizer.
Dalih yang makin menambah tanda tanya. Dua tahun berjalan, apa hasil yang bisa dirasakan warga?
Kades juga mengaku salah satu titik bor nihil sumber air, satu lagi dikerjakan miring, dan hanya satu yang “aman”. Pernyataan yang justru membuka borok: perencanaan lemah, pengawasan minim, penggunaan dana tak jelas.
Warga kecewa. Sumur bor yang dijanjikan sebagai solusi krisis air, berubah jadi simbol kegagalan. Transparansi absen, akuntabilitas hilang.
Pertanyaan besar pun menggantung: ke mana ratusan juta rupiah dana desa itu mengalir?
Dan, lebih penting lagi: siapa yang harus bertanggung jawab ketika rakyat dibiarkan kehausan?
Hingga berita ini diturunkan, pihak kontraktor menghilang tanpa jejak. Yang tersisa hanyalah rumor, bak kosong, dan dahaga yang tak terjawab.