More results...

Generic selectors
Cari yang sama persis
Cari berdasarkan judul
Cari berdasarkan konten
Post Type Selectors
Filter by Categories
Bandar Lampung
Bantul
Batam
Bengkulu Utara
Berita Kriminal
Blitar
Catatan Muslim
Daerah
Edukasi
Garut
Gunung Kidul
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Hiburan
Iklan
Internasional
Investigasi
Jakarta
Jayapura
Kabupaten Bengkalis
Kabupaten Buru
Kabupaten Indragiri Hilir
Kabupaten Indragiri Hulu
Kabupaten Kampar
Kabupaten Kepahiang
Kabupaten Kuantan Singingi
Kabupaten Mesuji
Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Rejang Lebong
Kabupaten Rokan hilir
Kabupaten Rokan Hulu
Kabupaten Siak
Kabupaten Tulang Bawang
Karimun
Kesehatan
Kota Dumai
Kota Magelang
Kota Manado
Kota Semarang
Labuhan Batu
Maluku Tenggara
Merangin
Narasi dan Opini
Papua
Pekanbaru
Provinsi BALI
Provinsi Banten
Provinsi Bengkulu
Provinsi DIY
Provinsi Jambi
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kepri
Provinsi Lampung
Provinsi Maluku
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Riau
Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sumatera barat
Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Sumatra Utara
Provisi Maluku Utara
Sejarah
Sleman
Tanggamus
Ternate
Tidore
Tidore Kepulauan
Timor Tengah Selatan
Trenggalek
Video
Way Kanan
Yogyakarta
Yogyakarta

Rimpaf TTS: Membangun Flyover Dan JPO Bukan Solusi Mendesak

TTS _ NTT
Komunitas Rimpaf Timor Tengah Selatan (Rimpaf TTS) menilai rencana Pemerintah Kabupaten TTS untuk membangun flyover dan jembatan penyeberangan orang (JPO) di sejumlah titik strategis di Kota Soe sebagai langkah yang tidak tepat prioritas dan tidak menjawab kebutuhan mendesak masyarakat TTS saat ini.

Ketua Rimpaf TTS, Honing Alvianto Bana, menyebut rencana tersebut sebagai “pembangunan yang elitis”, yang lebih menonjolkan citra dan tampilan kota daripada menyentuh akar persoalan sosial yang nyata di tengah masyarakat.

“Pemerintah seolah berlomba membangun infrastruktur megah di pusat kota, padahal di pelosok-pelosok TTS masih banyak anak yang berhenti sekolah karena tak punya ongkos, masih banyak perempuan dan anak jadi korban kekerasan, dan masih banyak anak-anak dibawah umur yang dipaksa menikah sebelum waktunya,” tegas Honing, Selasa (14/10/2025)

Menurut Rimpaf TTS, pembangunan flyover dan JPO memang bisa memperindah wajah kota, tetapi tidak menjawab “wajah luka sosial” yang justru menjadi tantangan terbesar TTS hari ini.

Data dan laporan lapangan menunjukkan bahwa angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di TTS masih tinggi, dan banyak kasus tidak tertangani karena minimnya layanan pendampingan dan rumah aman.

Di sisi lain, angka putus sekolah juga masih mengkhawatirkan, terutama di wilayah pedesaan yang jauh dari pusat kota. Banyak anak meninggalkan bangku sekolah karena faktor ekonomi dan budaya. Sementara itu, perkawinan dini terus menjadi lingkaran setan kemiskinan yang menghancurkan masa depan generasi muda TTS.

“Kalau pemerintah serius mau membangun TTS, maka bangun dulu manusia TTS. Bangun sekolah yang layak, pastikan guru dan tenaga kesehatan tersedia di desa-desa, perkuat perlindungan perempuan dan anak, dan hadirkan Perda masyarakat adat yang melindungi hak-hak mereka,” lanjut Honing.

Rimpaf TTS menilai bahwa tanpa arah pembangunan yang berpihak pada rakyat kecil, proyek-proyek fisik seperti flyover dan JPO hanya akan menjadi simbol kesenjangan baru.

“Kita tidak menolak pembangunan. Tapi pembangunan yang tidak berpijak pada realitas sosial rakyat hanya akan jadi monumen kebanggaan semu. Kota Soe tidak butuh flyover untuk difoto, tapi butuh jembatan sosial yang menghubungkan pemerintah dengan rakyatnya,” tegasnya lagi.

Rimpaf TTS juga mengatakan bahwa pembangunan seperti itu menunjukkan arah pembangunan yang keliru, karena lebih menonjolkan aspek fisik dan simbolik daripada menjawab masalah sosial yang menahun di TTS.

“Jika tujuan pemerintah adalah memperindah wajah kota, maka alangkah lebih baik memperbaiki dan menata taman kota yang ada, memperluas ruang terbuka hijau, serta membenahi manajemen sampah yang sampai saat ini belum jelas dan efektif,” tegas Honing.

Rimpaf TTS mendesak Pemda TTS agar melakukan evaluasi menyeluruh terhadap arah pembangunan daerah, dan memastikan setiap program yang dijalankan menjawab masalah nyata: kekerasan terhadap perempuan dan anak, kemiskinan, akses pendidikan, kesehatan, dan perlindungan masyarakat adat.

“Mari berhenti membangun kebanggaan kosong. Saatnya membangun keadilan sosial,” tutup Honing Alvianto Bana.

Klik tombol tindakan dibawah sesuai pilihanmu untuk membagikan informasi ini!