More results...

Generic selectors
Cari yang sama persis
Cari berdasarkan judul
Cari berdasarkan konten
Post Type Selectors
Filter by Categories
Bantul
Batam
Bengkulu Utara
Berita Kriminal
Blitar
Catatan Muslim
Daerah
Edukasi
Garut
Gunung Kidul
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Hiburan
Iklan
Internasional
Investigasi
Jakarta
Jayapura
Kabupaten Bengkalis
Kabupaten Buru
Kabupaten Indragiri Hilir
Kabupaten Indragiri Hulu
Kabupaten Kampar
Kabupaten Kepahiang
Kabupaten Kuantan Singingi
Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Rejang Lebong
Kabupaten Rokan hilir
Kabupaten Rokan Hulu
Kabupaten Siak
Karimun
Kesehatan
Kota Dumai
Kota Magelang
Kota Manado
Kota Semarang
Labuhan Batu
Maluku Tenggara
Merangin
Narasi dan Opini
Papua
Pekanbaru
Provinsi BALI
Provinsi Banten
Provinsi Bengkulu
Provinsi DIY
Provinsi Jambi
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kepri
Provinsi Lampung
Provinsi Maluku
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Riau
Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sumatera barat
Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Sumatra Utara
Provisi Maluku Utara
Sejarah
Sleman
Tanggamus
Ternate
Tidore
Tidore Kepulauan
Timor Tengah Selatan
Trenggalek
Video
Way Kanan
Yogyakarta
Yogyakarta

Pemda TTS: Janji Manis, Realita Pahit. Korban Bencana Ditinggalkan, Pesta Jalan Terus

SoE, INVESTIGASI 86.COM– Inilah wajah getir pemerintahan di TTS. Ketika rakyat di Kuatae dan Oeleu berjuang melawan dingin malam tanpa rumah, Pemda TTS justru larut dalam euforia acara-acara seremonial. Janji relokasi hanya tinggal catatan rapuh di atas kertas.

Kenyataan pahit ini diungkap telak oleh Nikodemus Manao, Koordinator Umum Aliansi Gerakan Perubahan (AGP). Dengan suara yang meledak penuh amarah, ia menelanjangi kepura-puraan Pemda TTS.

> “Saudara-saudara kita korban bencana sudah dijanjikan relokasi, tapi sampai hari ini tidak ada bukti. Mereka kembali ke tempat lama yang berbahaya. Apa Pemda harus tunggu ada korban jiwa dulu baru bergerak?” bentak Niko, Jumat (12/09/2025).

 

Lebih pedis lagi, ia menguliti alasan Pemda yang kerap berlindung di balik kata “tidak ada anggaran.”

> “Untuk perjalanan dinas, ada dana. Untuk pesta, ada dana. Untuk panggung hiburan, ada dana. Tapi untuk rakyat yang rumahnya hancur, katanya tidak ada dana? Itu bukan alasan, itu penghinaan! Pemda tidak bekerja untuk rakyat, tapi untuk kesenangan diri sendiri,” tudingnya keras.

 

Padahal, ada jalan keluar yang sudah terbuka. Satu keluarga di Tahun rela menyediakan lahan untuk relokasi. Tinggal negosiasi, tapi Pemda memilih bungkam.

Di tengah penderitaan itu, Pemda TTS justru seakan berpesta di atas luka rakyatnya.

> “Kalau masyarakat Kuatae dan Oeleu terus diabaikan, jangan salahkan saya kalau tanggal 27 dan 28 nanti saya turun ke jalan. Saya tidak punya kepentingan politik. Saya bicara karena saya bagian dari mereka yang jadi korban. Kalau memang Pemda tidak mampu, katakan jujur ke rakyat, jangan menari di atas penderitaan rakyat sendiri,” ancam Niko lantang.

 

Kritik ini bukan sekadar letupan emosi. Ia adalah tamparan keras terhadap wajah kekuasaan yang lebih sibuk dengan pencitraan daripada kemanusiaan.

Rakyat kini bertanya: untuk siapa sebenarnya Pemda TTS bekerja? Untuk rakyat yang menderita, atau untuk kursi kekuasaan yang nyaman?

 

Klik tombol tindakan dibawah sesuai pilihanmu untuk membagikan informasi ini!