SoE, NTT, INVESTIGASI86.COM – Alfred Baun, pegiat antikorupsi asal Mollo, melontarkan kecaman keras terhadap Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) atas sikapnya yang dinilai pasif dan enggan berkolaborasi dengan Yayasan Yusinta Ningsi Sejahtera (YNS). Yayasan yang dipimpin oleh Yusinta Nenobahan, putri daerah TTS, ini telah menunjukkan kontribusi nyata dalam pembangunan daerah, bahkan melampaui kinerja sejumlah instansi pemerintah.
Baun, dalam wawancara beberapa hari lalu di SoE, menuding Pemerintah TTS terperangkap dalam birokrasi yang kaku dan lebih memprioritaskan kepentingan politik kelompok daripada pembangunan berkelanjutan. Ia mempertanyakan alasan di balik penolakan implisit terhadap YNS, yang telah membuktikan komitmennya melalui kerja nyata, bukan janji-janji kosong.
“Apa yang ditakutkan pemerintah? Apakah karena YNS bukan bagian dari kelompok tertentu? Atau karena mereka bekerja tanpa pamrih, sehingga dicurigai? Ini logika yang kacau!” tegas Baun. Ia menekankan bahwa pembangunan TTS tidak bisa hanya bergantung pada politik yang belum tentu berakar di masyarakat.
YNS, menurut Baun, telah menorehkan sejumlah prestasi signifikan, termasuk advokasi perbaikan infrastruktur jalan strategis seperti ruas Kolonakaf yang menghubungkan delapan kecamatan dan berpotensi membuka akses antarwilayah hingga Kabupaten Malaka. Lebih mengejutkan lagi, YNS bahkan telah menjalin komunikasi langsung dengan Gubernur NTT, Melki Laka Lena, sebuah capaian yang menurut Baun, jauh melampaui kinerja Pemda TTS yang lebih sibuk dengan seminar, studi banding, dan perjalanan dinas yang tidak berdampak langsung pada masyarakat.
“Kegagalan Pemda TTS melihat peluang emas dari YNS menunjukkan keterbelakangan dalam tata kelola pemerintahan modern,” kritik Baun. Ia menyoroti pentingnya kerja lintas sektor dan kolaborasi dengan lembaga masyarakat, yang seharusnya menjadi kebutuhan strategis, bukan sekadar pelengkap. Ia juga menyayangkan sikap Pemkab TTS yang kontras dengan Pemkot Kupang dan Pemerintah Provinsi NTT yang telah menerima YNS dengan tangan terbuka.
Baun mengecam keras kecurigaan sejumlah oknum pejabat di TTS yang menganggap setiap gerakan sosial sebagai ancaman politik. Ia menilai ini sebagai mentalitas usang yang menghambat pembangunan daerah. Ia mempertanyakan mengapa upaya Yusinta Nenobahan yang membangun komunikasi dengan Gubernur dianggap ancaman, sementara pejabat TTS dengan mudah melobi di Jakarta untuk proyek dan dana aspirasi.
Baun menyerukan apresiasi masyarakat terhadap tokoh-tokoh seperti Yusinta Nenobahan yang membawa harapan baru bagi TTS. Ia bahkan mengusulkan agar Yusinta “di-okomama” secara budaya sebagai bentuk penghargaan atas dedikasinya membangun daerah.
Baun menutup pernyataan dengan peringatan keras kepada Pemda TTS agar tidak membiarkan ego sektoral dan gengsi politik menghalangi kemajuan daerah. Ia mengingatkan bahwa masyarakat sudah jenuh dengan drama birokrasi yang lebih fokus pada pencitraan daripada menyelesaikan masalah nyata seperti jalan rusak, stunting, air bersih, dan kemiskinan.
“Jika kita terus terjebak dalam politik kelompok, TTS tidak akan pernah maju,” tegas Baun. “YNS adalah mitra strategis, bukan lawan politik.”