Soe, INVESTIGASI86.COM–
Skandal bantuan pangan kembali mencoreng wajah pelayanan publik di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Sebanyak 10 kepala keluarga (KK) di Desa Salbait, Dusun II, RT 07-08/RW 04, Kecamatan Mollo Barat, mengaku tidak pernah menerima bantuan beras yang dijanjikan pemerintah.
Ironisnya, warga justru dipaksa berpose untuk dokumentasi penyaluran bantuan dengan karung berisi jagung, jerigen kosong lima liter, bahkan karung pasir, seolah-olah bantuan beras benar-benar sudah diterima.
Salah seorang warga, Antoneta Poli, menuturkan pengalaman pahitnya. Pada 6 September 2025 lalu, ia mendapat kabar dari Sekretaris Desa (Sekdes) Salbait bahwa namanya masuk dalam daftar penerima beras bantuan.
“Saya dipanggil ke rumah Sekdes untuk ambil 20 kg beras. Saat sampai, saya hanya disuruh pegang karung beras lalu difoto. Setelah itu berasnya diambil kembali. Saya dijanjikan besok bisa ambil di kantor desa kalau bawa uang Rp30 ribu. Tapi sampai sekarang beras tidak pernah saya terima. Uang pun katanya sudah dipakai,” ungkap Antonia dengan nada kecewa.
Cerita serupa dialami Aranci Kase, yang didatangi langsung Sekdes bersama dua pendamping bantuan pangan. Ia diminta membawa KTP dan dua jerigen kosong lalu dipaksa berpose dengan dua karung 10 kg yang sebenarnya kosong.
“Disuruh foto seolah-olah sudah terima beras, padahal tidak ada apa-apa,” jelasnya.
Warga lain, Aranci Saekoko, mengisahkan dirinya bahkan dijemput Sekdes ke rumah untuk difoto dengan karung berisi jagung, bukan beras. “Mereka bilang itu hanya dokumentasi, nanti beras susulan akan dibagikan. Tapi sampai sekarang nihil,” tegasnya.
Nama Riko Bees, pendamping bantuan pangan dari Kecamatan Mollo Utara, ikut terseret dalam kasus ini. Saat dikonfirmasi, ia tidak membantah bahwa dokumentasi tanpa beras memang dilakukan.
“Batas waktu penyaluran bantuan hanya lima hari, jadi kami sepakat dengan Sekdes, Kaur, dan Kepala Dusun untuk ambil foto dulu. Waktu itu masih ada 22 karung beras di kantor desa, tapi ketika saya kembali beras itu sudah hilang,” dalihnya.
Riko berdalih ia hanya membantu rekannya di Mollo Barat yang belum fasih mengendarai motor. Namun ia juga mengakui prosedur yang dilakukan salah dan tidak sesuai aturan.
Warga Desa Salbait yang menjadi korban mengaku hanya menuntut hak mereka dipenuhi tanpa tipu daya. Mereka menegaskan tidak ingin terus dibohongi oleh aparat desa maupun pendamping sosial.
“Kami ini orang kecil. Jangan dipermainkan dengan foto-foto palsu. Kalau memang ada bantuan, kasih. Kalau tidak ada, jangan bohongi kami,” tegas Mikson Babu, salah satu penerima yang merasa dirugikan.
Dalam pertemuan warga dengan media, turut hadir Danposramil Mollo Barat, Sertu Ike Arakian, yang menyaksikan langsung pengaduan masyarakat. Kehadiran aparat ini menegaskan bahwa kasus dugaan penyalahgunaan bantuan pangan di Desa Salbait bukan isu sembarangan, melainkan persoalan serius yang menyangkut hak dasar masyarakat miskin.
Kasus ini membuka tabir praktik kotor distribusi bantuan pangan di daerah. Skema bantuan beras yang seharusnya meringankan beban rakyat, justru diputarbalikkan menjadi modus foto fiktif dengan barang pengganti.
Kini masyarakat Salbait hanya menuntut satu hal: beras yang dijanjikan benar-benar sampai ke tangan mereka, bukan sekadar menjadi bahan dokumentasi untuk laporan administrasi aparat desa.
(Tim/Redaksi)