KAMPAR- Mahasiswa Kampar yang tergabung kedalam Konfederasi Organisasi Mahasiswa Kampar (KOMAK) bersama pedagang Taman Kota menggelar aksi baca Surat Yasin dan melakukan Camping di lokasi pembangunan Taman Kota yang terbengkalai dan bermasalah (10/03/22).
Aksi Baca Yasin dan Camping tersebut merupakan bentuk duka cita terhadap matinya hati nurani pemerintah yang membiarkan tempat para pedagang mencari nafkah dahulunya dan sentra layanan publik seperti RSUD Bangkinang sudah menjadi pembangunan terbengkalai dan diduga tersangkut kasus korupsi.ungkap Alif Fadillah”
Tak hanya itu, mahasiswa juga menyampaikan, aksi tersebut merupakan bentuk duka cita terhadap matinya penegakan hukum Provinsi Riau yang membiarkan kasus korupsi Taman Kota dan RSUD Bangkinang yang diduga menyeret Bupati Kampar terlibat didalam penerimaan duit haram tersebut belum di proses dan dipanggil sampai saat ini.
Ko’ordinator Komak Alif Fadillah didampingi Altan Alhadat Wakil Presiden Mahasiswa STIE Bangkinang mengatakan “Aksi yang kita lakukan ini merupakan bentuk kekesalan kita terhadap penegak hukum, karena kami menilai Kejati Riau yang menangani kasus tersebut terkesesan lamban dan tidak berani memerikasa sang Bupati Kampar yang diduga ikut menerima aliran dana korupsi Taman Kota dan RSUD Bangkinang”.
Kita sudah banyak melakukan aksi demonstrasi di kantor Kejaksaan Tinggi Provinsi Riau, tetapi aksi tersebut terkesan hanya dilihat sebelah mata saja, wajar saja kita menduga Kejati Riau sudah bermain mata dengan sang Bupati.
Sementara itu, salah satu pedagang Taman Kota bangkinang Agus Muhammad Rojali yang ikut aksi bersama pedagang lain nya mengatakan “Kita sangat sedih, tempat yang dulu bisa kita manfaatkan mencari nafkah untuk keluarga sekarang menjadi bangunan lusuh yang terbengkalai seperti ini.ungkapnya”
Kita dulu disuruh pindah, dan dijanjikan tempat yang baru oleh Pemerintah Kabupaten Kampar, tetapi janji itu hanya omong kosong dan tidak terealisasi sampai saat ini. Sekarang kita hanya memanfaatkan pekarangan di samping stadion dan itu sangat sempit dan berdempetan dengan pedagang-pedagang yang lain.
Selama kita berada di tempat yang sangat sempit sekarang, pemasukan kita sangat jauh berkurang dari tempat sebelum nya, karena masyarakat yang berkunjung tidak puas membawa anak-anak nya bermain dan bersantai. Jadi kita sebagai pedagang hanya bisa mengelus dada di tengah kondisi ekonomi terpuruk saat pandemi ini”. Tutup mereka.(Sulaiman)