Soe , INVESTIGASI86.COM —
Forum Pemerhati Demokrasi Timor (FPDT) kembali angkat suara lantang soal bobroknya tata kelola proyek pendidikan di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Kali ini, sorotan tajam mengarah ke proyek pembangunan dua ruang kelas di SD Negeri Fatunake, Desa Baus, Kecamatan Boking, yang kini rusak parah padahal baru dibangun tahun 2024.
Ketua FPDT, Doni Tanoen, SE, menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap kondisi bangunan yang semestinya menjadi ruang belajar nyaman bagi anak-anak desa tersebut. Ironisnya, proyek yang dikerjakan dengan dana publik mencapai ratusan juta rupiah itu belum diserahterimakan hingga kini, sementara dinding-dindingnya sudah terkelupas dan sebagian mulai rubuh.
> “Sangat disayangkan. Proyek ini selesai Desember 2024, tapi sampai hari ini belum diserahkan kepada sekolah. Akibatnya, bangunan sudah rusak sebelum benar-benar dimanfaatkan. Ini jelas menunjukkan lemahnya pengawasan,” tegas Doni kepada INVESTIGASI86.COM, Jumat (31/10/2025).
Doni menilai kasus ini bukan sekadar soal teknis bangunan, melainkan cermin buruknya manajemen proyek dan pengawasan pemerintah daerah.
> “Kami mendesak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS untuk segera mengambil langkah konkret. Bangunan itu harus segera diserahterimakan dan diperbaiki agar bisa digunakan sebagaimana mestinya,” ujar Doni.
“Dinas P&K juga harus tegas terhadap pihak ketiga. Jujur saya sampaikan, ini akibat pengawasan yang lemah. Orang kerja asal jadi karena tahu tidak ada yang mengawasi.”
Lebih jauh, Doni juga menyinggung pelanggaran komitmen moral yang pernah dijanjikan oleh Bupati TTS sebelumnya—bahwa proyek daerah tidak akan dikerjakan oleh kontraktor dari luar TTS. Namun, fakta di lapangan berbicara lain.
> “Bagaimana mungkin proyek pemerintah tanpa papan informasi? Dan lebih parah lagi, kontraktornya bukan dari TTS. Ini bentuk inkonsistensi terhadap komitmen kepala daerah sebelumnya,” tandas Doni.
Doni memastikan akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas. Menurut mereka, setiap rupiah dari uang rakyat harus kembali kepada rakyat dalam bentuk pembangunan yang berkualitas dan berintegritas.
> “Kami akan terus memantau dan mendesak pertanggungjawaban dari pihak-pihak yang terlibat. Pendidikan adalah pondasi masa depan — jangan rusak karena kelalaian dan permainan anggaran,” pungkas Doni.
Kerusakan ruang kelas SD Fatunake menjadi simbol retaknya kepercayaan publik terhadap proyek pendidikan di daerah.
Bangunan bisa diperbaiki, tapi kepercayaan yang runtuh jauh lebih sulit dibangun kembali.





