More results...

Generic selectors
Cari yang sama persis
Cari berdasarkan judul
Cari berdasarkan konten
Post Type Selectors
Filter by Categories
Bantul
Batam
Bengkulu Utara
Berita Kriminal
Blitar
Catatan Muslim
Daerah
Edukasi
Garut
Gunung Kidul
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Hiburan
Iklan
Internasional
Investigasi
Jakarta
Jayapura
Kabupaten Bengkalis
Kabupaten Buru
Kabupaten Indragiri Hilir
Kabupaten Indragiri Hulu
Kabupaten Kampar
Kabupaten Kepahiang
Kabupaten Kuantan Singingi
Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Rejang Lebong
Kabupaten Rokan hilir
Kabupaten Rokan Hulu
Kabupaten Siak
Karimun
Kesehatan
Kota Dumai
Kota Magelang
Kota Manado
Kota Semarang
Labuhan Batu
Maluku Tenggara
Merangin
Narasi dan Opini
Papua
Pekanbaru
Provinsi BALI
Provinsi Banten
Provinsi Bengkulu
Provinsi DIY
Provinsi Jambi
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kepri
Provinsi Lampung
Provinsi Maluku
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Riau
Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sumatera barat
Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Sumatra Utara
Provisi Maluku Utara
Sejarah
Sleman
Tanggamus
Ternate
Tidore
Tidore Kepulauan
Timor Tengah Selatan
Trenggalek
Video
Way Kanan
Yogyakarta
Yogyakarta
Daerah  

Ketika Panggung Hiburan Mengalahkan Pembangunan: Kritik Tajam Heba Babys untuk Buce–Army”

Soe,INVESTIGASI86.COM–Panggung hiburan kembali ramai, musik berdentum, seremoni berjalan megah. Tapi di balik keramaian itu, pembangunan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) justru jalan di tempat. Inilah potret getir yang disorot keras oleh Ketua Fraksi NasDem DPRD TTS, Hendrikus Babys.

Di hadapan media,jumat 22/8/2025, Heba—sapaan akrabnya—melontarkan kritik pedas, menohok langsung ke jantung pemerintahan Bupati Eduar Markus Lioe (Buce) dan Wakil Bupati Army Konay.

“Kita sudah masuk triwulan ketiga. Harusnya, masyarakat melihat hasil nyata pembangunan. Tapi apa yang ada? Nol besar. Yang ada cuma hiburan dan seremoni. Ini sangat memalukan,” tegas Heba dengan nada tinggi.
Potret paling menyakitkan, kata Heba, adalah ketika warga Kecamatan Oenino dan Polen harus melangkah jauh ke Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) untuk mengadu. Mereka datang bukan untuk jalan-jalan, melainkan mencari keadilan atas hak ganti rugi mereka.

“Coba bayangkan. Warga TTS datang mengadu ke Bupati TTU. Ini tamparan keras. Artinya, pemimpin di TTS tidak hadir untuk rakyatnya. Bupati dan wakilnya diam, seakan tuli pada jeritan masyarakat sendiri,” ujar Heba, geram.

Lebih jauh, Heba menuding bahwa roda birokrasi kini macet total. Bukan karena kurangnya anggaran, melainkan karena salah arah kepemimpinan.

“OPD-OPD kita bukannya kerja serius, malah disibukkan jaga stan pameran. Bayangkan, urusan rakyat dikesampingkan, demi sebuah pameran yang tidak jelas dampaknya. Kalau begini, siapa yang mau urus pembangunan daerah?” tegasnya.

Ia pun menyindir keras peran Wakil Bupati. “Army Konay ini kerjanya apa? Kalau cuma buka pameran, apa dampaknya untuk pembangunan? Daerah ini butuh kerja nyata, bukan sekadar panggung foto dan acara seremonial.”

Heba tidak menutup mata bahwa waktu yang tersisa hanya empat bulan ke depan: September, Oktober, November, dan Desember. Menurutnya, sekalipun pembangunan dikebut, hasilnya hanya akan menjadi jebakan mutu.

“Kalau pembangunan dipaksa kejar waktu, kualitasnya pasti hancur. Semua perencanaan, RPJMD, dan perda yang sudah disepakati, hanya tinggal kertas tanpa wujud. Dan ketika dipaksakan, yang ada hanyalah proyek asal jadi,” katanya.
Dengan nada getir, Heba membandingkan TTS dengan daerah lain. Menurutnya, kabupaten lain sudah melaju dengan pembangunan konkret, sementara TTS sibuk dengan pesta seremonial.

“Kalau Bupati mau cari senang, silakan. Tapi ingat, rakyat butuh pembangunan, bukan hiburan. Hiburan boleh, tapi pembangunan jangan mati. TTS ini butuh perubahan. Kalau kita hanya jalan di tempat, lima tahun ke depan akan jadi bencana besar,” papar Heba dengan nada kecewa

Heba bahkan mengaku pesimis pada masa depan TTS di bawah kepemimpinan Buce–Army. Baginya, pembangunan lima tahun ke depan sudah terlihat gelap.

“Saya pesimis. Kalau dari sekarang saja tidak ada tanda-tanda pembangunan, jangan harap sisa periode ini akan membawa perubahan. Semua hanya bayangan. Dan rakyat yang menanggung akibatnya,” tutup Heba dengan suara bergetar menahan marah.

Kritik Heba Babys menggambarkan dua wajah TTS hari ini: satu wajah yang berseri di atas panggung hiburan, dan wajah lain yang kusam di jalanan berdebu, sekolah reyot, dan pelayanan publik yang tak kunjung membaik.

Pertanyaan yang tersisa sederhana namun menohok:
Apakah TTS dipimpin untuk membangun, atau sekadar untuk berpesta?

Klik tombol tindakan dibawah sesuai pilihanmu untuk membagikan informasi ini!