More results...

Generic selectors
Cari yang sama persis
Cari berdasarkan judul
Cari berdasarkan konten
Post Type Selectors
Filter by Categories
Bantul
Batam
Bengkulu Utara
Berita Kriminal
Blitar
Catatan Muslim
Daerah
Edukasi
Garut
Gunung Kidul
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Hiburan
Iklan
Internasional
Investigasi
Jakarta
Jayapura
Kabupaten Bengkalis
Kabupaten Buru
Kabupaten Indragiri Hilir
Kabupaten Indragiri Hulu
Kabupaten Kampar
Kabupaten Kepahiang
Kabupaten Kuantan Singingi
Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Rejang Lebong
Kabupaten Rokan hilir
Kabupaten Rokan Hulu
Kabupaten Siak
Karimun
Kesehatan
Kota Dumai
Kota Magelang
Kota Manado
Kota Semarang
Labuhan Batu
Maluku Tenggara
Merangin
Narasi dan Opini
Papua
Pekanbaru
Provinsi BALI
Provinsi Banten
Provinsi Bengkulu
Provinsi DIY
Provinsi Jambi
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kepri
Provinsi Lampung
Provinsi Maluku
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Riau
Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sumatera barat
Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Sumatra Utara
Provisi Maluku Utara
Sejarah
Sleman
Tanggamus
Ternate
Tidore
Tidore Kepulauan
Timor Tengah Selatan
Trenggalek
Video
Way Kanan
Yogyakarta
Yogyakarta

Karnaval Budaya TTS Ricuh, Forum Pemerhati Demokrasi Kecam Panitia: “Jangan Korbankan Masyarakat Demi Pesta Sesaat”

SoE, INVESTIGASI86.COM– Karnaval Budaya Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang seharusnya menjadi ajang pelestarian budaya justru tercoreng oleh ulah peserta yang tidak mematuhi aturan. Kericuhan di jalan, penggunaan sound horek, hingga dugaan konsumsi minuman keras membuat acara berakhir kacau dan meninggalkan luka sosial.

Ketua Forum Pemerhati Demokrasi TTS, Doni Tanoen, angkat bicara keras terhadap peristiwa tersebut. Ia menilai panitia gagal total mengendalikan peserta, bahkan melanggar aturan resmi yang sudah diputuskan bersama pihak kepolisian.

“Saya kecam mereka yang hadir dengan niat jahat untuk menggagalkan kegiatan ini. Secara sosial, ini merusak citra TTS di mata publik. Miris dan memalukan, karnaval budaya yang mulia justru dicoreng karena ada sound horek, orang bergoyang di jalan, bahkan minuman keras,” tegas Doni, Kamis (28/8).

Menurutnya, sejak awal sudah ada rambu-rambu tegas: setiap regu wajib mendaftar, dilarang konsumsi miras, serta larangan penggunaan sound horek. Bahkan, hasil technical meeting (TM) dinyatakan final dan mengikat. Namun, panitia justru abai.

“Faktanya, panitia tidak taat izin keramaian dari Polres TTS. Kalau sejak awal tidak mampu mengendalikan peserta, seharusnya batalkan saja karnaval itu. Apakah karya anak muda TTS hanya pamer sound horek, minum miras, dan bergoyang di jalan? Itu bukan budaya kita,” kecamnya lagi.

Lebih memprihatinkan, dalam rekaman video yang beredar di media sosial, terlihat ibu-ibu dan anak-anak perempuan menjadi korban akibat kericuhan. Hal ini menurut Doni tak boleh dibiarkan begitu saja.

“Saya minta Polres TTS harus tegas. Jika ada korban, hukum harus ditegakkan. Jangan karena kita mengisi kemerdekaan lalu masyarakat jadi korban. Setiap regu yang menciptakan kekacauan juga wajib bertanggung jawab secara hukum,” tegasnya.

Forum Pemerhati Demokrasi TTS menilai insiden ini menjadi tamparan keras bagi panitia penyelenggara. Alih-alih menjaga nilai budaya, mereka justru mempermalukan wajah TTS di depan publik.

Klik tombol tindakan dibawah sesuai pilihanmu untuk membagikan informasi ini!