More results...

Generic selectors
Cari yang sama persis
Cari berdasarkan judul
Cari berdasarkan konten
Post Type Selectors
Filter by Categories
Bantul
Batam
Bengkulu Utara
Berita Kriminal
Blitar
Catatan Muslim
Daerah
Edukasi
Garut
Gunung Kidul
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Hiburan
Iklan
Internasional
Investigasi
Jakarta
Jayapura
Kabupaten Bengkalis
Kabupaten Buru
Kabupaten Indragiri Hilir
Kabupaten Indragiri Hulu
Kabupaten Kampar
Kabupaten Kepahiang
Kabupaten Kuantan Singingi
Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Rejang Lebong
Kabupaten Rokan hilir
Kabupaten Rokan Hulu
Kabupaten Siak
Karimun
Kesehatan
Kota Dumai
Kota Magelang
Kota Manado
Kota Semarang
Labuhan Batu
Maluku Tenggara
Merangin
Narasi dan Opini
Papua
Pekanbaru
Provinsi BALI
Provinsi Banten
Provinsi Bengkulu
Provinsi DIY
Provinsi Jambi
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kepri
Provinsi Lampung
Provinsi Maluku
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Riau
Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sumatera barat
Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Sumatra Utara
Provisi Maluku Utara
Sejarah
Sleman
Tanggamus
Ternate
Tidore
Timor Tengah Selatan
Trenggalek
Video
Way Kanan
Yogyakarta
Yogyakarta

DPRD TTS Dinilai Tak Lagi Tajam: Hanya ‘Ia’ dan ‘Sepakat’ pada Pemerintah

SoE, INVESTIGASI86.COM – Sampai kapan DPRD Timor Tengah Selatan (TTS) hanya menjadi lembaga pengesah kebijakan tanpa daya kritis? Pertanyaan itu disampaikan lugas oleh Ketua Aliansi Anti Korupsi (Araksi) NTT, Alfred Baun, SH, dalam wawancara via telepon dengan Media ini, Rabu malam, 9 Juli 2025.

Menurut Alfred, DPRD TTS telah kehilangan jati dirinya sebagai lembaga legislatif yang seharusnya berfungsi sebagai pengawas jalannya pemerintahan. Ia menilai, sebagian besar anggota DPRD cenderung pasif, memilih diam, dan bahkan terkesan menyetujui semua arah kebijakan eksekutif tanpa telaah mendalam.

“Selama ini saya lihat DPRD hanya bisa bilang ‘ia’ dan ‘sepakat’. Yang kritis hanya segelintir. Selebihnya lebih sibuk dengan seremoni daripada substansi,” tegas Alfred.

Ia menyesalkan, dalam periode 2024–2029 ini, DPRD justru gagal menunjukkan sikap kritis terhadap berbagai persoalan strategis daerah, mulai dari kisruh seleksi CPNS dan PPPK, lambannya penanganan bencana Kuatae, hingga pembangunan yang tak menyentuh kebutuhan dasar masyarakat.

“Apakah DPRD tidak tahu atau pura-pura tidak tahu? Fungsi kontrol itu seolah-olah lumpuh total,” kecamnya.

Salah satu indikator nyata lemahnya fungsi DPRD, lanjut Alfred, adalah belum juga disahkannya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) oleh lembaga tersebut. Padahal dokumen ini merupakan acuan utama arah pembangunan lima tahun ke depan.

“Ini lucu sekaligus menyedihkan. ‘Kitab suci’ pembangunan daerah belum juga diparipurnakan. Di mana desakan DPRD? Mengapa diam saja?” tanya Alfred.

Ia mengingatkan, DPRD memiliki mandat konstitusional untuk mengawasi pelaksanaan APBD dan memastikan kebijakan pemerintah tetap dalam jalur hukum serta berpihak pada rakyat. Namun, kenyataannya, suara DPRD sebagai lembaga hampir tak terdengar.

“Hanya ada beberapa anggota yang masih punya keberanian bersuara. Mayoritas lainnya memilih jalan sunyi. Entah karena takut, nyaman, atau sudah ‘bersepakat dalam diam’,” tutup Alfred dengan nada getir.

Pernyataan ini menjadi tamparan keras terhadap DPRD TTS yang dinilai telah kehilangan peran krusialnya sebagai penyeimbang kekuasaan di daerah. Publik kini menunggu: akankah DPRD bangkit dan kembali menjalankan fungsinya secara utuh, atau terus tenggelam dalam kompromi yang membungkam suara rakyat?

 

Klik tombol tindakan dibawah sesuai pilihanmu untuk membagikan informasi ini!