More results...

Generic selectors
Cari yang sama persis
Cari berdasarkan judul
Cari berdasarkan konten
Post Type Selectors
Filter by Categories
Bandar Lampung
Bantul
Batam
Bengkulu Utara
Berita Kriminal
Blitar
Catatan Muslim
Daerah
Edukasi
Garut
Gunung Kidul
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Hiburan
Iklan
Internasional
Investigasi
Jakarta
Jayapura
Kabupaten Bengkalis
Kabupaten Buru
Kabupaten Indragiri Hilir
Kabupaten Indragiri Hulu
Kabupaten Kampar
Kabupaten Kepahiang
Kabupaten Kuantan Singingi
Kabupaten Mesuji
Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Rejang Lebong
Kabupaten Rokan hilir
Kabupaten Rokan Hulu
Kabupaten Siak
Kabupaten Tulang Bawang
Karimun
Kesehatan
Kota Dumai
Kota Magelang
Kota Manado
Kota Semarang
Labuhan Batu
Maluku Tenggara
Merangin
Narasi dan Opini
Papua
Pekanbaru
Provinsi BALI
Provinsi Banten
Provinsi Bengkulu
Provinsi DIY
Provinsi Jambi
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kepri
Provinsi Lampung
Provinsi Maluku
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Riau
Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sumatera barat
Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Sumatra Utara
Provisi Maluku Utara
Sejarah
Sleman
Tanggamus
Ternate
Tidore
Tidore Kepulauan
Timor Tengah Selatan
Trenggalek
Video
Way Kanan
Yogyakarta
Yogyakarta

“Bantuan Rumah Rakyat Berujung Derita: Upah Tak Dibayar, Lansia di Neke Ketakutan Rumahnya Dibongkar!”

Neke, Investigasi86.com — Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) yang seharusnya membawa harapan bagi warga Desa Neke, Kecamatan Oenino, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), justru menyisakan kekecewaan dan keresahan mendalam. Puluhan warga penerima bantuan mengaku belum menerima seluruh bahan bangunan yang dijanjikan, bahkan hingga Oktober 2025.

Berdasarkan keterangan warga kepada Investigasi86.com, sabtu 4/10/2025, nilai bantuan BSPS sebesar Rp17.500.000 per penerima yang seharusnya disalurkan dalam bentuk bahan bangunan belum sepenuhnya diterima. Sejumlah item penting dalam Daftar Rencana Pemanfaatan Bantuan (RAB) disebut belum diserahkan oleh pihak pengelola.

Tak berhenti di situ — upah kerja para tukang sebesar Rp2.500.000 per rumah juga belum dibayarkan hingga kini. Kondisi ini menimbulkan ketegangan antara tukang dan penerima bantuan. Para tukang menuntut agar pemilik rumah segera membayar upah, bahkan mengancam akan membongkar atap seng rumah yang telah mereka kerjakan jika pembayaran tidak dilakukan.

“Kalau tidak dibayar, seng yang sudah dipasang akan kami bongkar,” ujar salah satu tukang dengan nada kesal.
Situasi ini semakin memilukan ketika seorang lansia laaser Benu penerima bantuan mengaku ketakutan jika rumahnya benar-benar dibongkar.

“Kalau seng dibongkar, saya nanti berteduh di mana?” ujarnya lirih, matanya berkaca-kaca menatap rumah sederhana yang belum rampung.

Warga menilai, pelaksanaan program BSPS di Desa Neke tidak transparan dan berpotensi sarat penyimpangan. Mereka mendesak agar pihak Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kabupaten TTS serta pihak terkait segera turun tangan untuk melakukan audit lapangan.

“Program ini seharusnya membantu warga miskin memiliki rumah layak huni, bukan malah menambah beban dan konflik sosial di desa,” tegas salah satu warga dengan nada kecewa

Kasus ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah dan pengelola program BSPS. Ketidakjelasan penyaluran bahan bangunan  dan lambannya pembayaran upah tukang  mencerminkan buruknya sistem pengawasan di lapangan.

Masyarakat berharap agar penegak hukum turun tangan untuk menelusuri dugaan penyimpangan dana bantuan tersebut.
Jika dibiarkan, program sosial yang seharusnya menjadi wujud kehadiran negara justru berubah menjadi sumber penderitaan baru bagi rakyat kecil.

Klik tombol tindakan dibawah sesuai pilihanmu untuk membagikan informasi ini!