Sleman _ DIY
Puluhan pengurus perkumpulan Penambang Progo Sejahtera yang sudah 6 hari sejak aksi damai kemarin menginap di kantor BBWSSO hari ini merasa kecewa karena sampai saat ini belum ada kepastian hasil.
Ketua PPPS Agung Mulyono kepada awak media investigasi86.com saat di temui di serambi masjid komplek perkantoran BBWSSO hari ini menyatakan kekesalannya karna sudah dizolimi dengan janji-janji.
,”Kami disini sudah menunggu selama 6 hari,Kami sengaja menginap disini untuk memperjuangkan ratusan warga masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sungai Progo.Sampai dengan hari ini kami hanya diberikan janji-janji saja,”tuturnya.Senin,20/10/2025
Tidak berhenti disini saja PPPS akan melanjutkan aksi sampai tuntutan para penambang rakyat dipenuhi.Penambang Progo hanya ingin dikembalikan nya Rekomtek alat kerja yang dihilangkan kami hanya ingin bekerja buat menafkahi anak istri bukan untuk memperkaya diri.
,”Tuntutan kami hanya di kembalikan nya alat kerja kami dan di permudah untuk pengurusan perijinan.Kami warga yang taat akan hukum, Pengajuan ijin sudah kami ajukan tetapi juga belum ada tanda-tanda untuk di keluarkan pengajuan ijin kami,”imbuhnya
Ditambahkan olehnya bahwa hari ini kami akan legowo pulang kerumah masing-masing untuk menunggu hasil dari kajian notulensi bersama Gubernur DIY yang rencana dijadwalkan besok.
Umar, Koordinator Aksi damai membenarkan jika BBWWSSO baru akan memberikan hasil besok.Setelah menunggu selama ini jika besok tidak ada keputusan yang berpihak pada penambang akan mengadakan aksi yang lebih besar lagi demi mendapatkan kembali ijin pompa mekanik yang di hilangkan.
Kalau rakyat harus menambang di aliran sungai dengan alat manual(pacul,senggrong,linggis).ini rasa-rasanya pemerintah memberikan kebijakan yang tidak manusiawi.Jaman ini jaman modern,ketika petani saja di kasih alat bantu traktor untuk menggarap sawah demi mempermudah dalam pengolahan lahan kenapa alat kerja kami malah di hilangkan.
,”Sangat tidak masuk akal sekali kalau kamu harus mencari pasir di aliran sungai dengan cara manual apa itu sama aja dengan membunuh rakyat secara perlahan.Petani saja didukung dengan alat yang memadai untuk menggarap sawah lha ini malah alat kerja kami dihilangkan,”keluhnya.
Umar sangat berharap kalau aksi ini malah secepatnya didengar oleh ngarso dalem Sri Sultan Hamengku Buwono selaku Gurbernur Daerah Istimewa Yogyakarta.Apakah Raja Ngayogyokarto Hadiningrat tidak pirso (melihat) kalau ada rakyatnya yang sampai keleleran tidur di serambi masjid hanya untuk memperjuangkan Maslah perut kami beserta keluarga.
,”Kami sangat berharap kalau ngarso dalem segera tau atas rakyatnya yang hampir selama 9 bulan tidak bisa kerja, Kami pengen segera ngarso dalem tau hal ini,”tutupnya.(Red/Ananta)