Soe,INVESTIGASI86.COM– Puluhan warga korban bencana alam yang hingga kini masih bertahan di Gor Nekmese, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), hidup dalam kondisi memprihatinkan. Kehidupan mereka yang serba terbatas seolah tidak pernah masuk dalam prioritas pemerintah kabupaten.
Aktivis besipae, Nikodemus Manao, yang turun langsung meninjau para pengungsi pada Senin (29/9/2025), menyatakan keprihatinan mendalam atas nasib para korban yang hingga kini nyaris tak tersentuh perhatian serius dari pemerintah.
“Kenyataannya, ketika saya berada di Gor Nekmese dan bertemu dengan para pengungsi, kita merasa sangat prihatin. Mereka seolah-olah tidak diperhatikan sama sekali oleh pemerintah kabupaten,” ungkap Niko kepada media ini.Senin 29/9/2023 di gor nekmese
Ironisnya, di tengah penderitaan itu, warga yang menjadi korban bencana masih diwajibkan untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
“Mereka ini sudah jadi korban bencana, tapi tetap diwajibkan bayar pajak. Ini sangat memilukan. Kenapa tidak ada solusi konkrit atau perlakuan berbeda bagi para korban?” tegas Niko.
Ia bahkan menyebut adanya indikasi bahwa pemerintah kabupaten justru menjadikan penderitaan korban sebagai ladang bisnis.
Kritik keras juga dialamatkan kepada Bupati TTS, Efuard Markus Lioe (Buce Lioe). Menurut Niko, sejak warga diungsikan pasca bencana hingga kini, Bupati tidak pernah sekalipun hadir menemui korban di Gor Nekmese.
“Minggu lalu kami berdiskusi dengan Bupati. Katanya dia punya nada dering khusus untuk masyarakat Kuatae. Tapi faktanya, wajahnya saja tidak pernah nongol di tengah masyarakat korban. Sejak bencana sampai sekarang, tidak pernah datang kunjungi pengungsi,” ungkap Niko dengan nada kesal.
Ia menuding Bupati lebih sibuk membuat acara seremonial dan kegiatan hiburan ketimbang memastikan kebutuhan dasar warganya terpenuhi.
Niko juga menyinggung praktik ganjil dalam distribusi bantuan. Para pengungsi disebut kerap diminta tanda tangan terlebih dahulu sebelum mendapatkan makanan.
“Ada korban yang mengaku, untuk bisa makan saja harus tanda tangan dulu. Ada apa sebenarnya? Kenapa harus dipersulit? Ini semakin menambah luka bagi mereka,” kata Niko.
Merasa kecewa dengan sikap pemerintah daerah, Niko bersama sejumlah aktivis lain menyatakan siap turun ke jalan jika Bupati terus mengabaikan korban bencana di Gor Nekmese.
“Kami tidak punya kepentingan pribadi. Kami bicara karena ini persoalan kemanusiaan. Saudara-saudara kita adalah bagian dari kita sendiri. Kalau Bupati tetap tidak peduli, maka kami akan turun ke jalan untuk menuntut hak-hak mereka,” tegasnya.
Niko menegaskan bahwa pemerintah seharusnya menjadikan korban bencana sebagai prioritas utama, bukan sekadar angka dalam laporan atau bahan untuk proyek.
“Orang tua kita yang sudah jadi korban bencana harus diperhatikan. Jangan sibuk menghibur diri dengan acara-acara seremonial, sementara rakyat menderita di pengungsian,” tutup Niko.
Catatan Redaksi:
Kondisi para pengungsi di Gor Nekmese menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah TTS. Pertanyaan besar menggantung: benarkah rakyat kecil hanya dijadikan korban kedua setelah bencana alam, kali ini bencana abai dari pemerintahnya sendiri?