More results...

Generic selectors
Cari yang sama persis
Cari berdasarkan judul
Cari berdasarkan konten
Post Type Selectors
Filter by Categories
Bantul
Batam
Bengkulu Utara
Berita Kriminal
Blitar
Catatan Muslim
Daerah
Edukasi
Garut
Gunung Kidul
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Hiburan
Iklan
Internasional
Investigasi
Jakarta
Jayapura
Kabupaten Bengkalis
Kabupaten Buru
Kabupaten Indragiri Hilir
Kabupaten Indragiri Hulu
Kabupaten Kampar
Kabupaten Kepahiang
Kabupaten Kuantan Singingi
Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Rejang Lebong
Kabupaten Rokan hilir
Kabupaten Rokan Hulu
Kabupaten Siak
Kabupaten Tulang Bawang
Karimun
Kesehatan
Kota Dumai
Kota Magelang
Kota Manado
Kota Semarang
Labuhan Batu
Maluku Tenggara
Merangin
Narasi dan Opini
Papua
Pekanbaru
Provinsi BALI
Provinsi Banten
Provinsi Bengkulu
Provinsi DIY
Provinsi Jambi
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kepri
Provinsi Lampung
Provinsi Maluku
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Riau
Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sumatera barat
Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Sumatra Utara
Provisi Maluku Utara
Sejarah
Sleman
Tanggamus
Ternate
Tidore
Tidore Kepulauan
Timor Tengah Selatan
Trenggalek
Video
Way Kanan
Yogyakarta
Yogyakarta

FPDT Bongkar Skandal Rekayasa Foto dan Hilangnya 24 Karung Beras di Desa Salbait

TTS | INVESTIGASI86.COM – Dugaan penyalahgunaan bantuan pangan kembali mencoreng wajah pelayanan publik di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Di Desa Salbait, Kecamatan Mollo Utara, 24 karung beras bantuan pemerintah untuk 12 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) diduga direkayasa penyalurannya melalui praktik manipulatif yang memalukan.

Forum Pemerhati Demokrasi Timor (FPDT) mengecam keras tindakan perangkat desa bersama pendamping TKSK Mollo Utara dan Mollo Barat yang diduga secara sengaja melakukan rekayasa foto penyaluran beras. Ketua FPDT, Doni Tanoen, SE, menyebut modus ini bukan hanya merugikan masyarakat, tetapi juga melecehkan harga diri warga Desa Salbait.

“Ini pelecehan kemanusiaan. Bayangkan, beras 24 karung ada di kantor desa, tetapi masyarakat justru dibawa ke rumah sekretaris desa untuk berfoto dengan karung yang isinya bukan beras. Karung itu diisi jerigen kosong bahkan tempat ludah, lalu dijadikan bukti laporan penyaluran. Ini betul-betul penghinaan bagi masyarakat Salbait dan seluruh warga TTS,” tegas Doni, Jumat (26/9/2025).

Tak berhenti di situ, FPDT juga mengungkap bahwa setiap KPM dipungut biaya Rp30.000 oleh perangkat desa sebagai ongkos distribusi beras 20 kilogram dari kantor desa ke rumah masing-masing. Padahal, bantuan pangan semestinya diberikan secara cuma-cuma kepada warga miskin.

Lebih mencengangkan, setelah laporan fiktif penyaluran diunggah oleh pendamping TKSK, 24 karung beras yang awalnya masih tersimpan di kantor desa tiba-tiba lenyap. “Ini diakui langsung oleh pendamping TKSK Mollo Utara ketika kami klarifikasi bersama Kepala Dinas Sosial TTS siang tadi. Beberapa hari setelah laporan dikirim, saat dicek kembali, beras itu sudah tidak ada di kantor desa,” ungkap Doni.

FPDT bersama sejumlah wartawan kemudian turun langsung ke Desa Salbait untuk menelusuri hilangnya beras bantuan tersebut. Namun, upaya klarifikasi kepada kepala desa belum membuahkan hasil. Kepala desa yang sedang sakit mengaku sama sekali belum menerima laporan resmi dari sekretaris desa maupun perangkat lainnya terkait peristiwa itu.

Doni menegaskan bahwa kasus ini tidak bisa dipandang remeh. Menurutnya, praktik rekayasa laporan dan dugaan penggelapan bantuan pangan ini telah menambah panjang daftar kecurangan dalam penyaluran bansos di TTS. “Ini bukan hanya soal beras yang hilang, tapi soal mentalitas aparatur yang merendahkan rakyat. Demi mengejar laporan, mereka rela memperlakukan warga seperti objek murahan dengan memegang karung isi tempat ludah. Ini perbuatan tidak bermoral,” ujarnya dengan nada keras.

FPDT memastikan akan mendampingi langsung warga yang dirugikan untuk menempuh jalur hukum. “Besok kami bersama korban akan melapor resmi ke Polres TTS. Aparat penegak hukum harus turun tangan, karena ini sudah menyangkut tindak pidana sekaligus pelecehan terhadap martabat rakyat,” tutup Doni.

Kasus Desa Salbait kini menjadi perhatian publik. Hilangnya 24 karung beras dan praktik rekayasa dokumentasi bansos diyakini hanya puncak dari gunung es. Masyarakat menunggu keseriusan aparat hukum dalam mengusut tuntas skandal ini, agar praktik serupa tidak terus berulang di desa-desa lain di TTS.

Klik tombol tindakan dibawah sesuai pilihanmu untuk membagikan informasi ini!