More results...

Generic selectors
Cari yang sama persis
Cari berdasarkan judul
Cari berdasarkan konten
Post Type Selectors
Filter by Categories
Bantul
Batam
Bengkulu Utara
Berita Kriminal
Blitar
Catatan Muslim
Daerah
Edukasi
Garut
Gunung Kidul
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Hiburan
Iklan
Internasional
Investigasi
Jakarta
Jayapura
Kabupaten Bengkalis
Kabupaten Buru
Kabupaten Indragiri Hilir
Kabupaten Indragiri Hulu
Kabupaten Kampar
Kabupaten Kepahiang
Kabupaten Kuantan Singingi
Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Rejang Lebong
Kabupaten Rokan hilir
Kabupaten Rokan Hulu
Kabupaten Siak
Karimun
Kesehatan
Kota Dumai
Kota Magelang
Kota Manado
Kota Semarang
Labuhan Batu
Maluku Tenggara
Merangin
Narasi dan Opini
Papua
Pekanbaru
Provinsi BALI
Provinsi Banten
Provinsi Bengkulu
Provinsi DIY
Provinsi Jambi
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kepri
Provinsi Lampung
Provinsi Maluku
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Riau
Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sumatera barat
Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Sumatra Utara
Provisi Maluku Utara
Sejarah
Sleman
Tanggamus
Ternate
Tidore
Tidore Kepulauan
Timor Tengah Selatan
Trenggalek
Video
Way Kanan
Yogyakarta
Yogyakarta
Daerah  

“Proyek Fiktif, Derita Nyata: Warga Oel Ekam Beli Air di Tengah Melimpahnya Sumber Alam”

Soe ,INVESTIGASI86.COM – Harapan ratusan warga Desa Oel Ekam, Kecamatan Mollo Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, untuk menikmati akses air bersih pupus sudah. Proyek perehapan air bersih yang dibiayai dari Anggaran Dana Desa (ADD) tahun 2021 senilai Rp64.157.300 justru berakhir tanpa hasil. Hingga Agustus 2025, proyek tersebut tidak berfungsi sama sekali. Akibatnya, warga masih harus membeli air bersih dengan harga mahal.

Kondisi ini menjadi ironi pahit bagi warga desa yang sebenarnya hidup di tengah kekayaan alam. Oel Ekam berada tidak jauh dari mata Air Terjun Oehala, salah satu sumber air alami terbesar di wilayah itu. Namun, akses air bersih justru menjadi barang mewah yang harus dibeli dengan uang.

Kepada media ini, salah satu warga, Marten Pay, menyuarakan kekecewaannya. “Air itu kebutuhan dasar. Kami di sini bukan menuntut hal yang berlebihan, hanya ingin air bersih mengalir ke rumah-rumah. Tapi yang terjadi justru proyek yang dibiayai dari uang rakyat ini tidak ada hasilnya sama sekali. Fisik proyek pun tidak kelihatan,” tegasnya.

Marten mengaku, akibat kegagalan proyek ini, warga harus membeli air tangki dengan harga ratusan ribu rupiah per bulan. Beban ini paling dirasakan para petani kecil dan keluarga berpenghasilan rendah. “Kami harus menyisihkan penghasilan yang sedikit hanya untuk membeli air. Ini sungguh menyakitkan,” tambahnya.

Lebih lanjut, Marten menyampaikan bahwa masyarakat telah melaporkan kasus ini ke Polres TTS pada tahun 2024. Namun hingga kini, belum ada perkembangan berarti. “Kami bingung ke mana lagi harus mengadu. Pemerintah desa pun tidak pernah memberikan penjelasan resmi atau pertanggungjawaban proyek ini. Surat Pertanggungjawaban (SPJ) proyek tidak pernah ditunjukkan kepada masyarakat. Kami curiga ada penyimpangan dana,” jelasnya.

Tak hanya proyek air bersih, Marten juga menyoroti adanya ketimpangan dalam penyaluran bantuan rumah layak huni. Menurutnya, bantuan justru jatuh ke tangan yang tidak tepat. “Banyak warga yang benar-benar butuh rumah layak tidak mendapatkan bantuan. Tapi justru anak-anak muda yang belum berkeluarga dan tergolong mampu, malah yang dapat,” katanya.

Kondisi ini menambah daftar panjang ketidakpuasan warga terhadap kinerja pemerintah desa

Warga Desa Oel Ekam kini bersatu menuntut keadilan dan transparansi. Mereka mendesak aparat penegak hukum dan pemerintah daerah TTS untuk segera turun tangan menyelidiki kasus ini secara serius.

“Kami tidak butuh janji, kami butuh tindakan nyata. Jangan biarkan dana desa disalahgunakan tanpa pertanggungjawaban. Pemerintah harus hadir dan berpihak pada rakyat kecil,” tegas Marten.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak pemerintah desa belum memberikan tanggapan resmi terkait kegagalan proyek air bersih maupun tudingan penyimpangan bantuan sosial. Warga pun masih menanti—dengan sabar yang nyaris habis—kejelasan atas hak mereka yang selama ini terabaikan.

Klik tombol tindakan dibawah sesuai pilihanmu untuk membagikan informasi ini!