Soe ,INVESTIGASI86.COM – Harapan ratusan warga Desa Oel Ekam, Kecamatan Mollo Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, untuk menikmati akses air bersih pupus sudah. Proyek perehapan air bersih yang dibiayai dari Anggaran Dana Desa (ADD) tahun 2021 senilai Rp64.157.300 justru berakhir tanpa hasil. Hingga Agustus 2025, proyek tersebut tidak berfungsi sama sekali. Akibatnya, warga masih harus membeli air bersih dengan harga mahal.
Kondisi ini menjadi ironi pahit bagi warga desa yang sebenarnya hidup di tengah kekayaan alam. Oel Ekam berada tidak jauh dari mata Air Terjun Oehala, salah satu sumber air alami terbesar di wilayah itu. Namun, akses air bersih justru menjadi barang mewah yang harus dibeli dengan uang.
Kepada media ini, salah satu warga, Marten Pay, menyuarakan kekecewaannya. “Air itu kebutuhan dasar. Kami di sini bukan menuntut hal yang berlebihan, hanya ingin air bersih mengalir ke rumah-rumah. Tapi yang terjadi justru proyek yang dibiayai dari uang rakyat ini tidak ada hasilnya sama sekali. Fisik proyek pun tidak kelihatan,” tegasnya.
Marten mengaku, akibat kegagalan proyek ini, warga harus membeli air tangki dengan harga ratusan ribu rupiah per bulan. Beban ini paling dirasakan para petani kecil dan keluarga berpenghasilan rendah. “Kami harus menyisihkan penghasilan yang sedikit hanya untuk membeli air. Ini sungguh menyakitkan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Marten menyampaikan bahwa masyarakat telah melaporkan kasus ini ke Polres TTS pada tahun 2024. Namun hingga kini, belum ada perkembangan berarti. “Kami bingung ke mana lagi harus mengadu. Pemerintah desa pun tidak pernah memberikan penjelasan resmi atau pertanggungjawaban proyek ini. Surat Pertanggungjawaban (SPJ) proyek tidak pernah ditunjukkan kepada masyarakat. Kami curiga ada penyimpangan dana,” jelasnya.
Tak hanya proyek air bersih, Marten juga menyoroti adanya ketimpangan dalam penyaluran bantuan rumah layak huni. Menurutnya, bantuan justru jatuh ke tangan yang tidak tepat. “Banyak warga yang benar-benar butuh rumah layak tidak mendapatkan bantuan. Tapi justru anak-anak muda yang belum berkeluarga dan tergolong mampu, malah yang dapat,” katanya.
Kondisi ini menambah daftar panjang ketidakpuasan warga terhadap kinerja pemerintah desa
Warga Desa Oel Ekam kini bersatu menuntut keadilan dan transparansi. Mereka mendesak aparat penegak hukum dan pemerintah daerah TTS untuk segera turun tangan menyelidiki kasus ini secara serius.
“Kami tidak butuh janji, kami butuh tindakan nyata. Jangan biarkan dana desa disalahgunakan tanpa pertanggungjawaban. Pemerintah harus hadir dan berpihak pada rakyat kecil,” tegas Marten.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak pemerintah desa belum memberikan tanggapan resmi terkait kegagalan proyek air bersih maupun tudingan penyimpangan bantuan sosial. Warga pun masih menanti—dengan sabar yang nyaris habis—kejelasan atas hak mereka yang selama ini terabaikan.