Soe,INVESTIGASI86.COM– Komitmen nyata untuk melindungi dan memajukan hak-hak anak terus ditunjukkan oleh Wahana Visi Indonesia (WVI). Melalui kerja kolaboratif dan advokasi berkelanjutan, WVI mendukung Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) menjadi Kabupaten Layak Anak, sebuah inisiatif strategis untuk menekan angka kekerasan terhadap anak dan stunting yang masih tinggi di wilayah tersebut.
Komitmen ini ditegaskan langsung oleh Berwaddin Ibrani Simbolon, Area Program Manager (APM) Cluster Timora WVI, dalam peringatan Hari Anak Nasional yang berlangsung meriah di Aula Gunung Mutis, Kantor Bupati TTS, Jumat (25/7/2025). Dalam kegiatan ini, WVI menggandeng Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3A) TTS serta berbagai forum anak di tingkat kabupaten hingga desa.
Berwaddin menegaskan bahwa keterlibatan WVI tak berhenti pada seremoni Hari Anak Nasional semata. Upaya WVI bersifat jangka panjang, dimulai dari advokasi penetapan TTS sebagai kabupaten layak anak yang telah dideklarasikan oleh pemerintah kabupaten pada Mei tahun lalu. Saat ini, WVI turut mengawal proses penyusunan Peraturan Daerah (Perda) perlindungan anak serta membantu penyusunan profil kabupaten layak anak.
“Momen seperti Hari Anak Nasional bukan hanya untuk perayaan. Ini adalah waktu reflektif untuk menyadarkan semua pihak akan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam mendukung kehidupan anak-anak yang lebih baik di Kabupaten TTS,” ujar Berwaddin.
Ia menyebutkan bahwa angka kekerasan terhadap anak dan stunting masih menjadi tantangan serius. Karena itu, diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat sipil, lembaga keagamaan, dan sektor swasta untuk menciptakan ekosistem yang aman, sehat, dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Dalam peringatan Hari Anak Nasional tahun ini, WVI memberikan dukungan konkret kepada DP3A TTS melalui penguatan kapasitas Forum Anak di berbagai tingkatan. Forum Anak Kabupaten Kupang, Forum Anak Klasis Amanuban Tengah Utara, Forum Anak Klasis Kuanfatu, hingga forum anak di desa-desa mendapat ruang untuk tampil, mengekspresikan diri, dan menyuarakan aspirasi mereka.
Selain itu, WVI berkolaborasi dengan lembaga swadaya masyarakat lainnya untuk melakukan edukasi dan sosialisasi ke 10 sekolah di TTS. Tidak hanya berbagi pengetahuan, kegiatan ini juga menjadi wadah dialog yang mempertemukan anak-anak dengan para pemangku kebijakan melalui audiensi langsung dengan pemerintah kabupaten.
“Anak-anak perlu didengar dan diberi ruang aman untuk berbicara. Dari sana, kita tahu apa yang benar-benar mereka butuhkan,” terang Berwaddin.
WVI juga mendorong pembentukan dan penguatan Kelompok Perlindungan Anak Desa (KPAD) di wilayah kerjanya. KPAD menjadi garda terdepan dalam mendeteksi dan menangani potensi kekerasan terhadap anak di tingkat komunitas. Selain itu, mekanisme rujukan juga terus dikembangkan, termasuk menggandeng gereja-gereja – khususnya GMIT – untuk berperan sebagai gereja ramah anak.
“Stop kekerasan terhadap anak dimulai dari saya,” tegas Berwaddin, menyuarakan semangat perubahan dari diri sendiri yang diharapkan menjadi gema kolektif di masyarakat.
Tidak hanya itu, WVI juga mendukung penggunaan aplikasi pelaporan kekerasan terhadap anak yang dapat diakses masyarakat. Meski WVI tidak melakukan pendampingan kasus secara langsung, mereka memiliki mekanisme rujukan ke DP3A dan lembaga terkait, termasuk akses ke bantuan hukum melalui instansi resmi.
Segala upaya WVI berpijak pada satu visi besar: setiap anak hidup utuh sepenuhnya. Artinya, anak tidak hanya tumbuh sehat secara fisik, tetapi juga aman secara emosional, bebas dari kekerasan, serta memiliki kesempatan untuk berkembang dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial.
“Kami berdoa agar setiap hati, dari orang tua hingga pemimpin masyarakat, memiliki tekad yang sama untuk menciptakan dunia yang lebih layak bagi anak-anak kita,” tutup Berwaddin dengan penuh harap.
Upaya menjadikan TTS sebagai Kabupaten Layak Anak bukan sekadar target administratif. Ia adalah panggilan kemanusiaan untuk menghapuskan kekerasan, melawan stunting, dan menjamin setiap anak dapat tumbuh dalam kasih, aman, dan sejahtera. Dengan dukungan multipihak seperti yang dilakukan WVI, harapan besar itu bukan hal yang mustahil.