SoE, NTT,INVESTIGASI86.COM – Dalam peringatan Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2025 yang digelar di Aula Gunung Mutis, Kantor Bupati Timor Tengah Selatan (TTS) pada Jumat (25/7/2025), Bupati TTS Eduard Markus Lioe atau yang akrab disapa Buce, menyampaikan sambutan yang menyentuh dan sekaligus mengejutkan publik.
Di hadapan peserta yang terdiri dari unsur pemerintahan, organisasi masyarakat, tokoh agama, pendidik, aktivis perlindungan anak, hingga anak-anak perwakilan dari berbagai sekolah, Bupati Buce membeberkan berbagai tantangan serius yang dihadapi Kabupaten TTS terkait isu anak, perempuan, dan kesejahteraan sosial.
“Ini adalah tantangan yang sangat serius. Kita butuh penanganan terpadu dan dukungan lintas sektor untuk memastikan hak-hak anak terpenuhi,” tegas Bupati Buce dalam pidatonya.
Bupati Buce memaparkan data faktual yang mencerminkan kondisi riil anak-anak di TTS. Berikut sejumlah data yang disampaikan:
Tingkat kemiskinan ekstrem di TTS mencapai 24,68%, jauh di atas rata-rata nasional.
Angka stunting yang merujuk pada kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis pada balita mencapai 56,8%, menjadikan TTS salah satu daerah dengan tingkat stunting tertinggi di Indonesia.
Sebanyak 1.582 anak putus sekolah dari jenjang pendidikan dasar.
Sebanyak 4.247 lulusan SD dan SMP tercatat tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
29,22% anak usia 0–17 tahun belum memiliki akta kelahiran, yang berarti mereka terancam tidak memiliki akses penuh terhadap layanan negara.
74,80% anak di TTS belum memiliki Kartu Identitas Anak (KIA), padahal KIA merupakan dokumen penting sebagai identitas resmi.
43% korban kekerasan anak berasal dari kalangan pelajar TK hingga SMP, menunjukkan masih tingginya tingkat kekerasan terhadap anak di lingkungan pendidikan dan rumah.
Bupati Buce menegaskan bahwa permasalahan anak tidak bisa diselesaikan secara parsial atau sektoral semata. Diperlukan komitmen bersama antara pemerintah daerah, instansi vertikal, sekolah, keluarga, tokoh agama, dan masyarakat sipil.
“Jika kita gagal memenuhi hak-hak dasar anak, maka kita sedang menyiapkan generasi yang rapuh. Itu berarti masa depan daerah ini sedang kita pertaruhkan,” ujar Bupati Buce dengan nada prihatin.
Ia juga menekankan pentingnya pendataan yang akurat, intervensi gizi sejak dini, perluasan akses pendidikan, peningkatan perlindungan hukum bagi anak, serta pelayanan administrasi kependudukan yang lebih inklusif.
Sebagai langkah awal, Bupati Buce menyebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten TTS akan:
Mempercepat program penanggulangan stunting melalui intervensi gizi terpadu dan edukasi keluarga.
Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, khususnya di daerah-daerah terpencil.
Menggiatkan program pendaftaran akta kelahiran dan KIA secara kolektif melalui desa-desa dan sekolah.
Memperkuat sinergi dengan DP3A, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan Dukcapil dalam membentuk sistem perlindungan anak berbasis komunitas.
Perayaan Hari Anak Nasional ini menjadi momen reflektif yang kuat bagi seluruh pemangku kepentingan di TTS. Isu anak tidak lagi bisa ditunda penanganannya. TTS dihadapkan pada pekerjaan rumah besar yang memerlukan kerja cepat, tepat, dan menyeluruh.
Di akhir sambutannya, Bupati Buce menyampaikan harapannya agar setiap anak TTS bisa tumbuh dalam lingkungan yang aman, sehat, dan penuh kasih sayang.
“Mereka adalah pewaris masa depan. Kita wajib memastikan bahwa tidak ada satu pun anak yang tertinggal dalam perlindungan dan pemenuhan hak-haknya,” pungkasnya.
Acara HAN 2025 ini juga diisi dengan penampilan seni dari anak-anak, talkshow perlindungan anak.
Reporter: Tim Redaksi
Editor: [kaperwil NTT]
Media: INVESTIGASI86.COM – Melayani Fakta, Mengawal Perubahan